Utang Meningkat, LRT Menunggak Bayar, BUMN pun dalam Bahaya
10Berita - JAKARTA - Sudah hampir 4.000 triliun Indonesia memiliki utang. Dari utang itu, di antaranya bisa jadi untuk membangun infrastruktur, yang sebetulnya dirasa tidak terlalu dibutuhkan. Belum lagi soal nasib BUMN yang ada nampaknya akan mengalami hal yang tidak biasa, salah satunya bisa saja membahayakan.
“Kemudian ada peningkatan utang. Dan perlu kita transparansi utang. Jangan sampai utang-utang ini, pemerintah kan sudah mempunyai keterbatasan, disembunyikan di BUMN-bumn. di Karya-karya itu. Karya-karya itu yang sesungguhnya tidak mampu lagi berutang ya, tetapi karena diberikan oleh bank BUMN, ya, mereka mampu untuk melakukan pembangunan infrastruktur-infrastruktur itu. Tetapi jangan salah, kalau dilihat dari tingkat kesehatan, itu sangat membahayakan,” kata pengamat ekonomi, Eddy Soeparno, Rabu (15/11/2017), di Jakarta.
Bahkan, lanjutnya, isunya saat ini proyek LRT itu sudah mulai menunggak. Di antaranya pembayaran semen, pasir, besi, itu sudah nunggak bayarnya. “Dan maka dari itu diperlukan juga alokasi sektor swasta. Jangan melulu diberikan oleh Karya-karya itu. Jadi swastanya terlibat biar dunia usahanya bergerak,” ia menambahkan.
Namun demikian intinya, pemerintah menurutnya bersikukuh bahwa sampai pada hari ini masih mempertahankan rasio keuangan sesuai dengan amanah Keuangan Negara. 60 persen dead to PDB (28 persen) dan 3 persen deficit anggaran terhadap PDB. Dan itu memang demikian.
“Padahal demikian intinya ternyata bukan itu, intinya itu adalah bagi orang keuangan itu adalah likuiditas, bukan rasio. Likuiditas ketika utang jatuh tempo ada uangnya. Ketika turun ada uangnya. Itu yang paling penting. Sehingga likuiditas menjadi kunci daripada manajemen keuangan negara kita,” tutup jelasnya. (Robi/)
Sumber : voa-islam.com