OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Kamis, 21 Desember 2017

Begini penampakan epik 10 penjual di Surabaya era kolonial

Begini penampakan epik 10 penjual di Surabaya era kolonial

10Berita - Di era kolonial, Surabaya sudah menjadi kota penting dalam pemerintahan dan perdagangan. Pada tahun 1926, Surabaya ditetapkan sebagai ibu kota Provinsi Jawa Timur. Sejak saat itu Surabaya berkembang menjadi kota modern terbesar kedua di Hindia Belanda setelah Batavia.

Bahkan, sebelum itu, pada tahun 1910, fasilitas pelabuhan modern telah dibangun di Surabaya, yang kini dikenal dengan nama Pelabuhan Tanjung Perak. Sampai tahun 1920-an, lalu tumbuh dan berkembang pemukiman baru seperti daerah Darmo, Gubeng, Sawahan, dan Ketabang.

Nah, saking ramainya di Surabaya maka tak heran jika muncul para penjual barang dan jasa. Mereka mencari rezeki dengan menjajakan berbagai kebutuhan masyarakat. Berikut 10 penjual era kolonial di Surabaya yang nggak akan kamu temui sekarang dihimpun dari akun @ceritasby, Rabu (20/12).

1. Penjual onderdil "Soerabaia" pada tahun 1925. Kini toko itu katanya menjadi toko roti dan kue-kue kering.

2. Tukang jual daging babi tahun 1910. Setiap pagi dia keliling ke rumahnya orang Eropa dan China.

3. Tukang cukur antara 1930-1940.

4. Penjual kopi tubruk bukan saringan pada 1920.

5. Penjual barang pecah belah tahun 1920-an.


6. Penjaja sepatu sekitar tahun 1890.

7. Salim bin Motlak Alkatiri, pedagang berlian di Surabaya tahun 1900.

8. Gerobak penjual gula pada tahun 1930 - 1940.

9. Penjual aksesori tahun 1936. Beli jepit rambut euy-

10. Pedagang tebu pada 1915.

Sumber : Brilio.net