OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Jumat, 22 Desember 2017

Cerita di Balik Istana Dolmabahce

Cerita di Balik Istana Dolmabahce

10Berita ,  JAKARTA -- Sebelum Istana Dolmabahce didirikan, sultan Turki Usmani dan keluarganya tinggal di Istana Topkapi. Namun, karena Istana Topkapi kurang megah dan mewah saat itu, Sultan Abdul Majid I memutuskan membangun Istana Dolmabahce di dekat bekas lokasi Istana Besiktas di pinggiran perairan Bosporus.

Jika Istana Topkapi banyak mengedepankan keindahan keramik Iznik dan ukiran khas Turki, Istana Dolmabahce mengandung banyak emas dan kristal. Tak heran jika para wisatawan bebas berkeliaran di kompleks Istana Topkapi. Sedangkan, wisatawan yang hendak melihat-lihat keindahan Dolmabahce harus ditemani oleh seorang pemandu istana.

Istana yang megah dan indah itu menyimpan banyak kisah mengenai kehidupan para penguasa terakhir dari kekhalifahan Islam. Istana itu merupakan rumah bagi enam sultan dari 1856, ketika pertama kali dihuni, sampai penghapusan sistem kekhalifahan pada 1924.

Keluarga kerajaan yang terakhir tinggal di tempat itu adalah Sultan Abdul Majid Efendi. Undang-undang yang mulai berlaku pada 3 Maret 1924 menyebutkan bahwa kepemilikan istana dipindahkan dan menjadi warisan nasional Republik Turki baru.

Di era sistem pemerintahan yang baru, Istana Dolmabahce ini juga menyimpan banyak cerita. Mustafa Kemal Ataturk, pendiri sekaligus presiden pertama Republik Turki, menggunakan istana ini sebagai tempat tinggal presiden selama musim panas. Ataturk juga menghabiskan hari-hari terakhir perawatan medis di Istana Dolmabahce. Ia meninggal pada 10 November 1938. Ruang perawatan medis ini kemudian dikenal sebagai Ruang Ataturk.

Waktu kematian Ataturk itu meninggalkan cerita unik. Saat tim dokter menyatakan tokoh yang mendapat julukan Bapak Turki Modern ini tutup usia, jarum jam yang terdapat di Ruang Ataturk menunjukkan angka 9.05 pagi. Sejak saat itu semua jam yang terdapat di dalam Istana Dolmabahce dihentikan dan jarumnya disetel pada angka 9.05. Di dalam lingkungan Istana Dolmabahce ini terdapat 156 buah jam.

Namun, pemerintah Turki saat itu mengubah peraturan tersebut, kecuali jam yang berada di Ruang Ataturk. Jam di Ruang Ataturk ini tetap dibiarkan mati dan jarumnya disetel pada angka 9.05. Sementara jam-jam lainnya yang berada di lingkungan istana disetel berbeda-beda sesuai dengan zona waktu-waktu dunia. 

Saat ini,  istana yang menjadi museum itu dibuka untuk umum. Para wisatawan yang ingin berkunjung dikenakan biaya sebesar 20 Turki Lira (TL) atau setara dengan Rp 140 ribu dengan kurs 1 TL sama dengan Rp 7.000.

Di museum itu, para pengunjung dipandu oleh pemandu istana. Para pemandu tersebut menjelaskan istana ini dengan menggunakan bahasa Inggris bagi wisatawan mancanegara dan bahasa Turki bagi wisatawan lokal.

Sumber : Republika Online