OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 10 Desember 2017

Demo di Washington & New York Tolak Keputusan Trump, Demonstran: ‘Yerusalem Ibu Kota Palestina’

Demo di Washington & New York Tolak Keputusan Trump, Demonstran: ‘Yerusalem Ibu Kota Palestina’

10Berita - Seorang pengunuk rasa membawa poster bertuliskan: ‘Yerusalem adalah Ibu Kota Palestina’

WAHINGTON (SALAM-ONLINE): Ratusan orang berkumpul di depan Gedung Putih pada Jumat (8/12/2017) untuk memprotes keputusan Presiden Donald Trump yang mengakui Yerusalem (Al-Quds) sebagai ibu kota “Israel”.

Organisasi hak-hak sipil dan advokasi Muslim terbesar di negara tersebut, Council on American-Islamic Relations (CAIR), Islamic Circle of North America (ICNA), Muslim Amerika untuk Palestina (AMP) dan Yahudi Amerika Melawan Zionisme, itu juga membawa keluhan mereka ke Gedung Capitol (Kongres) AS.

“Keputusan ini menunjukkan apa yang telah kami katakan sejak lama bahwa tidak ada yang namanya proses perdamaian,” kata cendekiawan Muslim, Omer Suleiman, kepada Anadolu Agency, Jumat (8/12).

“Jika kita ingin memulai proses perdamaian yang jujur, maka pemerintah Amerika hanyalah broker yang jujur.”

Namun, ujar Suleiman, kesalahan terbesar terletak pada pemimpin Muslim dan pemimpin Arab. Ia mengungkapkan bahwa beberapa pemimpin Arab tersebut secara diam-diam telah membantu penjajahan “Israel”.

Suleiman juga menyebut bahwa Trump telah mengambil keputusan terkait Yerusalem dengan sengaja untuk mengalihkan perhatian publik dari kasus yang membelitnya.

Seperti diketahui, sejumlah komite yang dibentuk oleh DPR dan Departemen Kehakiman Amerika sedang menunggu hasil temuan badan intelijen AS terkait dugaan upaya peretasan yang dilakukan pihak Rusia saat Pilpres Amerika November tahun lalu, yang bertujuan untuk memenangkan Trump. Kremlin selama ini membantah seluruh tuduhan itu.

Lepas dari kasus Trump diatas, yanag jelas Keputusan kontroversialnya terkait Yerusalem tmembuat marah umat Islam di seluruh dunia.

Rabbi Yisroel Dovid Weiss dan pengikutnya dari organisasi ‘Yahudi Amerika Melawan Zionisme’ termasuk di antara pihak yang berpartisipasi dalam demonstrasi menentang keputusan Trump tersebut.

Sementara umat Islam melaksanakan shalat Jumat di depan Gedung Putih, Rabbi Weiss dan rekan-rekannya memegang spanduk bertuliskan: ‘Orang-orang Yahudi Torah yang benar di Yerusalem dan di seluruh dunia mengutuk agresi di Al-Aqsha dan pendudukan Palestina’ dan ‘Yudaisme menolak Zionisme dan negara Israel’.

“Keputusan tentang Yerusalem ini akan membuat segalanya menjadi lebih buruk,” ujar Rabbi Weiss kepada Anadolu Agency.

Para pengunjuk rasa lainnya memprotes keputusan Trump dengan membawa spanduk bertuliskan: ‘Hentikan Pendudukan di Palestina Sekarang’, ‘Yerusalem Adalah Milik Orang-orang Palestina’ dan ‘Kami Menolak Keputusan Trump’.

“Hari ini kami berkumpul di sini untuk memprotes keputusan Trump, yang menyatakan bahwa Yerusalem akan menjadi ibu kota ‘Israel’,” ujar Direktur Program Islam Circle of North America (ICNA), Naem Baeg.

“Sekarang terserah kepada masyarakat internasional dan Dunia Islam, negara-negara seperti Turki, Prancis, memimpin dan bekerja untuk perdamaian,” kata Baeg seraya menambahkan bahwa bahwa dengan keputusan Trump ini, AS praktis berada di luar proses perdamaian.

“Kami percaya bahwa ini adalah keputusan yang sangat buruk. orOng-orang Palestina di sana sudah hidup dalam kondisi yang mengerikan, saya tahu karena separuh keluarga saya tinggal di sana,” ungkap Mohammad Shami, seorang demonstran Palestina. “Ini akan semakin meningkatkan masalah yang dihadapi Palestina,” ujarnya.

Unjuk Rasa di New York

Selain unjuk rasa di Washington, ribuan demonstran juga menggelar demo di Times Square, New York.

Seperti di Washington, para demonstran di New York memprotes keputusan Trump terkait  Yerusalem, dengan meneriakkan, “Palestina Bebas, Bebas Palestina, Hidup Palestina,” sambil membawa spanduk bertuliskan: ‘Ini tidak dapat diterima, Palestina akan bebas’, ‘Israel adalah seorang teroris, Palestina bebas’ dan ‘Kami menolak keputusan Trump’.

“Pemerintah Trump harus mengevaluasi kembali keputusannya,” kata seorang mahasiswa Universitas New York, Ahmad M. (22), kepada Anadolu Agency.

“Penjajah ‘Israel’ telah menumpahkan darah di tanah suci selama beberapa dekade, Agama apa yang memungkinkan hal ini?” tanyanya.

Seorang pengunjuk rasa, Mohammad Nazeed, yang telah tinggal di AS selama 10 tahun mengatakan bahwa dia datang ke negara tersebut karena dia pikir AS menghormati semua orang. Namun, sesalnya, rasisme semakin meningkat sejak Trump terpilih sebagai Presiden.

“Saya tidak yakin apakah Trump ingin mengatur sebuah Perang Salib baru, tapi di lingkungan sosial, perilaku orang terhadap saya telah berubah banyak,” kata Nazeed. “Saya benar-benar mempertimbangkan untuk meninggalkan Amerika Serikat.”

Demonstran lainnya membawa sebuah poster bertuliskan: ‘Yerusalem adalah ibu kota Palestina’ sebagai penolakan terhadap keputusan Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota “Israel”.

Selama demonstrasi besar-besaran di bawah pengawasan keamanan yang ketat, polisi New York harus memperingatkan beberapa pengunjuk rasa untuk tidak beranjak dari tempat yang ditentukan.

Di sisi lain, sekelompok kecil pro-AS dan “Israel” mengibarkan bendera Amerika dan “Israel” dan menahan para demonstran dari seberang jalan.

Yerusalem tetap menjadi jantung konflik “Israel”-Palestina. Orang-orang Palestina sendiri berharap bahwa Yerusalem Timur, yang sekarang diduduki “Israel”, pada akhirnya dapat berfungsi sebagai ibu kota Palestina. (S)

Sumber: Anadolu Agency,  Salam Online.