Umat Kristen Palestina : “Kami Bersatu bersama Muslim Mengutuk Keputusan Trump atas Jerusalem”
10Berita - Setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan Jerusalem sebagai ibukota Israel, Umat Kristen Palestina ikut memprotes dengan mematikan lampu di pohon natal di luar Gereja Kelahiran Betlehem, tempat kelahiran Yesus Kristus.
Keputusan Trump turut menimbulkan perasaan duka mendalam di kalangan komunitas Kristen minoritas Palestina. Setelah kebaktian Minggu di Gereja Katolik Asyur di Jerusalem, Fredrick Hazo mengutuk Trump telah menyeret seluruh dunia ke dalam masalah, dan meminta pemimpin AS tersebut untuk membatalkan keputusannya.
“Kami bersatu, Kristen-Muslim disini adalah satu” ungkap musisi Palestina berusia 59 tahun itu, berdiri di jantung Kota Tua, dikelilingi oleh toko-toko yang menjual pernak-pernik natal.
Dia kecewa dengan keputusan politik, namun yakin toleransi yang dimiliki tiga agama di kota suci itu akan berhasil mendamaikan mereka. “Di tempat suci ini, Tuhan melindungi kita semua. Kita dijaga oleh malaikat-malaikatnya di Jerusalem,” tambah Hazo, seperti dilansir dari media Turki, Daily Sabah, Rabu, (13/12/17).
Orang-orang Kristen membentuk sekitar satu persen penduduk Palestina di Gaza, Tepi Barat dan Jerusalem Timur, meskipun mereka minoritas namum mereka berhasil menghadapi tekanan politik lokal dan nasional.
Pada bulan Juli, Hazo dan umat Kristen Palestina ikut dalam demonstrasi bersama umat Islam melawan pemasangan detektor logam Israel di kompleks masjid al-Aqsa.
“Orang-orang dari semua agama di Jerusalem dipersatukan dalam doa kepada Tuhan,” bahkan jika harus terpisah karena politik.
“Orang-orang Kristen, Yahudi dan Muslim tinggal di kota ini bersama-sama. Tidak ada masalah di antara mereka. Hanya politik dan pemerintah yang ingin membuat perang.”
“Ini adalah kota saya – darah saya, hidup saya,” tambah seorang warga Kristen Palestina berusia 70 tahun, berjalan melalui halaman gereja Jerusalem yang penuh jamaah dari Makam Suci, yang dipuja oleh umat Kristen sebagai tempat makam Jesus.
Gereja Suci Jerusalem juga termasuk dalam kompleks Al-Aqsa dan Tembok Ratapan umat Yahudi. “Saya bisa pergi ke gereja, ke mana saja di Jerusalem, bukan Trump atau Netanyahu yang bisa menghentikan saya,” tambah pria yang tidak mau disebutkan namanya dan hanya mengaku sebagai “orang Jerusalem”. (DH/MTD)
Sumber : Daily Sabah , Moslemtoday.com
Redaktur : Hermanto