OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Sabtu, 27 Januari 2018

Fahri: Rencana Penunjukan Pati Polri Jadi Penjabat Gubernur Timbulkan Kecurigaan

Fahri: Rencana Penunjukan Pati Polri Jadi Penjabat Gubernur Timbulkan Kecurigaan


Fahri Hamzah

10Berita, JAKARTA Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menilai rencana penunjukan dua perwira tinggi Polri menjadi penjabat gubernur di Jawa Barat dan Sumatera Utara, menimbulkan kecurigaan di masyarakat.

Ia juga mempertanyakan mengapa pemerintah tidak mengambil opsi penunjukkan ynag berasal dari pejabat sipil di Kementerian Dalam Negeri atau Pemerintah Daerah setingkat Eselon 1.

“Terus terang keputusan mendagri ini agak mengganggu di tengah ada konsolidasi, restrukturisasi di TNI yang begitu cepat, kemudian banyaknya calon yang berasal dari institusi TNI dan Polri. Jadi orang curiga,” kata Fahri di Komplek Parlemen, Jakarta, Jumat (26/1/18).

Dia menilai pejabat dari sipil bisa lebih tegas daripada Polisi dan TNI ketika memimpin di pemerintahan sehingga aneh kalau dari ribuan pejabat sipil tidak ada yang dipilih.

Fahri tidak sependapat dengan asumsi bahwa kalau sebuah daerah mau aman maka pemimpinnya harus dari unsur TNI atau Polri, karena dalam transisi demokrasi yang sudah berjalan 20 tahun, semua pihak melatih dirinya masing-masing.

Dia mencontohkan pejabat sipil pun harus mengerti manajemen dan tegas dalam memimpin, sehingga ketika memimpin harus dihormati semua pihak.

“Jadi tidak boleh dianggap hanya tentara dan polisi yang bisa ditaati. Kalau ditaati sekelompok orang, namun tidak ditaati sekelompok orang lainnya karena dinilai tidak netral, itu membuat kita lebih ribet,” ujarnya.

Fahri mengatakan semua pihak harus melindungi TNI dan Polri dari tuduhan bersikap tidak normal atau bertindak tidak netral dalam Pemilu karena dalam transisi demokrasi komitmen tersebut harus terjaga dengan baik.

Di sisi lain, Fahri menyarankan agar pemerintah memberikan penjelasan yang komprehensif, betul atau tidak ada pelanggaran UU terkait kebijakan mengangkat Pati Polri sebagai Penjabat Gubernur karena ada orang yang menginterpretasikan bahwa namanya eselon satu itu bukan Polri.

“Kalau pemerintah mau mengantisipasi tidak adanya pelanggaran UU, maka pastikan ini keputusan kabinet yang merupakan keputusan eksekutif yang tertinggi,” katanya. (*)

Sumber: Antara,  Salam Online.