Keran Impor Beras Dibuka, Siapa yang Untung?, Nggak nyangka ini diantaranya
10Berita, Sebanyak 500.000 ton beras impor dari Vietnam dan Thailand dipastikan akan datang akhir Januari ini. Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah menunjuk PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) untuk mengimpor beras.
Keputusan impor beras ini diambil Kemendag setelah operasi pasar yang dilakukan Perum Bulog sejak akhir 2017 lalu gagal meredam kenaikan harga beras. Sekarang harga beras medium sudah menembus level Rp 12.000/kg, jauh di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) sebesar Rp 9.450/kg yang ditetapkan pemerintah.
Terkait masalah ini, analis ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudistira Adhinegara, berpendapat penunjukan PPI untuk mengimpor beras tidak tepat.
Menurutnya, yang paling ideal untuk melakukan impor adalah Perum Bulog yang sudah berpengalaman, memiliki infrastruktur memadai, serta jaringan pasar untuk penyaluran beras.
"Apalagi dengan adanya sengkarut pangan ini, harusnya komunikasi Kemendag dan Bulog harus lebih diintensifkan. Peran Bulog harus dominan dan ditingkatkan," katanya kepada kumparan (kumparan.com), Minggu (14/1).
Ia memprediksi, katanya, akan ada permainan jika nantinya PPI menggandeng pihak swasta sebagai mitra untuk melakukan impor dan menyalurkan beras.
"Dikhawatirkan ada pemburu-pemburu rente yang memanfaatkan kondisi untuk mendapatkan margin yang besar," lanjutnya.
Selain itu, ia menduga ada oknum-oknum yang sengaja menimbun beras agar seolah-olah pasokan kurang dan mendorong dibukanya impor.
Oknum-oknum ini, kata Bhima, biasanya adalah supplier besar yang berpotensi untuk mendapatkan rekomendasi impor. Sehingga, berhak mendapatkan beras impor dan menjualnya.
"Bertambahnya pasokan dari beras impor ini tentu sangat menguntungkan untuk mereka. Ambil untung Rp 1.000/kg saja untuk 500.000 ton tersebut, sudah besar sekali untungnya," ujarnya.
Sumber : kumparan, pembelaislam.com, tribunislam