OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Sabtu, 06 Januari 2018

Presiden Erdogan : “Turki Sudah Lelah Mengikuti Proses Keanggotaan Uni Eropa”

Presiden Erdogan : “Turki Sudah Lelah Mengikuti Proses Keanggotaan Uni Eropa”

10BeritaPresiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa Ankara “sudah lelah” mengikuti proses menjadi anggota Uni Eropa. Erdogan mengkritik prosesnya yang lamban dan Turki tidak bisa secara terus-menerus meminta untuk bergabung dengan blok tersebut.

“Kami tidak dapat terus meminta UE, kami tidak dapat menunggu lama, tolong putuskan juga sekarang, kami sudah lelah,” ungkap Erdogan dalam konferensi pers bersama presiden Prancis, Emmanuel Macron saat berkunjung ke Paris, seperti dilansir dari Al Jazeera, Sabtu, (6/1/18).

Erdogan menyebut blok tersebut hanya mempermainkan Turki dan membiarkan menunggu di luar pintu selama beberapa dekade.

Turki mengajukan keanggotaan di Uni Eropa, pada tahun 1987. Turki memenuhi syarat untuk keanggotaan UE pada tahun 1997 dan perundingan keanggotaan dimulai pada tahun 2005. Namun, perundingan ini praktis dibekukan, tanpa kemajuan dalam beberapa tahun terakhir.

“Ketika kami meminta alasannya, Uni Eropa tidak dapat memberi tahu kami, dan pada awalnya mereka mencegah kami melalui 15 bab kebijakan UE, kemudian jumlah bab yang terkait dengan kami ditambah menjadi 35,” tambah Erdogan.

Untuk menjadi anggota blok tersebut, Turki harus menyelesaikan negosiasi dengan UE dalam 35 bab kebijakan yang melibatkan reformasi dan penerapan standar Eropa di Turki.

Sejumlah negara anggota UE telah mengecam penangkapan dan pembersihan pemerintah Turki terhadap puluhan ribu orang setelah usaha kudeta yang gagal pada Juli 2016. Kelompok hak asasi lokal dan internasional menuduh Ankara menggunakan kudeta sebagai alasan untuk membungkam oposisi di negara tersebut.

“Turki diatur oleh undang-undang. Eropa selalu mengatakan bahwa peradilan harus independen. Nah, di Turki, pengadilan kita bersifat independen, mereka mengambil keputusan sendiri secara independen,” ungkap Erdogan pada konferensi pers tersebut.

Sementara itu, Presiden Macron menambahkan bahwa “demokrasi harus kuat melawan terorisme karena legitimasi negara berarti harus melindungi warganya. Tapi pada saat bersamaan, demokrasi kita harus menghormati peraturan hukum”.

“Perkembangan perundingan terkini tidak melihat adanya kemajuan,” kata presiden Prancis tersebut, “Namun kami percaya bahwa masa depan Turki harus berada di Eropa,” ujar Macron. (DH/MTD)

Sumber : Al Jazeera ,Moslemtoday.com