OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Sabtu, 10 Februari 2018

Intelijen Diduga Dalang Rentetan Insiden ‘Orang Gila’ Serang Ulama

Intelijen Diduga Dalang Rentetan Insiden ‘Orang Gila’ Serang Ulama

10Berita , Jakarta – Pengamat Intelijen dan Pertahanan, Jaka Setiawan, melihat fenomena orang gila serang ulama dan santri di beberapa tempat memilki pola. Jaka menduga, pelaku dibalik penyerangan ini Intelijen yang memiliki kemampuan menggerakkan orang-orang tertentu untuk melakukan operasi terhadap target yang sensitif.

“Kalau saya lihat fenomena ini punya pola kemudian dari sini kita bisa tahu siapa yang punya kapasitas untuk melakukan hal-hal seperti itu. Jadi kalau misalnya kita lihat lembaga atau organisasi yang punya infrastruktur menggerakkan orang-orang khusus untuk melakukan operasi terhadap target yang sensitif, ya intelijen,” ungkapnya kepada Kiblat.net, Sabtu (10/02).

Jaka juga mementahkan teori hal ini dilakukan oleh individu, dan lebih menekankan prilaku tak bermoral ini dilakukan oleh lembaga tertentu, bukannya indvidu.

“Ini memang hanya bisa dilakukan oleh lembaga tertentu. Ketika terjadi penyerangan terhadap ulama di beberapa wilayah, saya langsung berpikir ada yang bermain tentu yang punya kapasitas untuk melakukan hal itu tidak mungkin, dan tidak mungkin juga dilakukan oleh individu, apalagi secara alamiah,” ungkapnya.

Karenanya, hal yang paling memungkinkan melakukan hal itu adalah intelijen, melihat dari infrastrukturnya. Jaka mengungkapkan, dalam banyak kasus keamanan di Indonesia, yang bisa memobilisasi dan menggerakkan orang-orang seperti itu, hanya yang memiliki infrastruktur, dan itu hanya dimiliki intelijen.

Namun, ia mempertanyakan, intelijen pihak manakah yang melakukan serangan terhadap ulama ini, apakah intelijen negara, atau oknum intelijen negara, atau mungkin saja intelijen asing.

Belakangan pun, kata Jaka, intelijen Indonesia terbelah. Intelijen Negara seharusnya bertugas melakukan analisa ancaman terhadap negara. Artinya yang dihadapi adalah musuh negara bukan musuh politik.

“Nah ini kita bisa lihat kalau ada aktor keamanan, misalnya intelijen yang merubah definisi musuh negara menjadi musuh politik, ini berbahaya. Artinya dia sudah masuk ke dalam wilayah politik. Intelijen seharusnya Netral, musuhnya adalah musuh negara bukan musuh politik,” ungkapnya.

“Pemerintahannya mungkin punya musuh politik, tetapi yang namanya musuh negara adalah musuh abadi. Itu semacam keamanan negara dari pihak asing yang mengeksploitasi sumber daya alam,” lanjutnya.

Ia menegaska, bahwa secara historis bisa dilihat, di sektor keamanan yang bisa melakukan hal serupa memanfaatkan orang-orang untuk melakukan tindak kejahatan, dari zaman dulu hingga sekarang, adalah intelijen.

“Jadi saya lihat ada oknum intelijen yang gunakan infrastruktur intelijen untuk kepentingan mengalahkan musuh politiknya,” tukasnya.

Reporter: Muhammad Jundii
Editor: Hunef Ibrahim

Sumber : Kiblat.