Penyebab Roma Selamat dari Amuk Mongol
Paus Gregory IX sempat memaklumkan Perang Salib atas pasukan Mongol itu.
10Berita , JAKARTA -- Meskipun terkenal kejam--lebih dari 40 juta orang tewas akibat ekspansi Mongol-- kekaisaran ini tidak jauh dari nilai-nilai spiritualisme. Manz (2011) menjelaskan, keyakinan terhadap eksistensi tuhan dan karunianya atas penguasa merupakan ideologi sentral Imperium Mongol.
Selain itu, para kaisar Mongol juga toleran terhadap banyak umat agama yang menjadi rakyatnya. Mereka antara lain orang Kristen Nestorian, Buddha, dan Islam. Genghis Khan menganut Tengrisme, suatu kepercayaan yang sampai sekarang masih dipeluk segelintir penduduk Asia Tengah. Seorang Tengris meyakini ke hidupan berasal dari dewa langit dan dirawat dewi bumi.
Dua tahun sejak kematian Genghis Khan, keempat horde telah menjadi wilayah mandiri. Di antara mereka, horde milik anak sulung Genghis Khan, Jochi, merupakan yang paling dipengaruhi kebudayan Turki Islam.
Nama Turki di sini tidak identik dengan negara yang sekarang beribu kota di Ankara, melainkan kelompok bangsa penghuni stepa Asia Tengah yang akrab dengan ajaran Samawi. Untuk diketahui, Jochi wafat enam bulan sebelum Genghis Khan mangkat. Oleh karena itu, horde yang menjadi haknya kemudian dipimpin anak keduanya, Batu Khan.
Nama Batu Khan tercatat sebagai penakluk Eropa. Pada 1240-an, balatentara cucu Genghis Khan ini sudah mencapai perbatasan Imperium Romawi Barat. Paus Gregory IX sempat memaklumkan Perang Salib atas pasukan Mongol itu tetapi tidak jadi lantaran situasi politik Eropa yang tidak memungkinkan.
Belakangan, penyebab Roma selamat dari amuk Mongol justru kebetulan belaka. Pada 1241, Batu Khan harus menghentikan ekspansi yang sudah direncanakannya atas Austria, Italia, dan Jerman. Dia kembali ke Mongolia begitu mendengar kabar kematian pamannya, Qaghan Ogedei.
Il'nur Mirgaleev dalam artikelnya, The Is lamization of the Golden Horde: New Data (2016), menjelaskan, horde yang dipunggawai Batu Khan kerap disebut sebagai negeri Islam (Dar al-Islam).
Alasannya, horde inilah, di antara keempat lainnya, yang cukup terbuka terhadap Islam. Mirgaleev menandaskan dua penyebabnya, yakni peran kaum sufi dan hubungan diplomatik dengan Dinasti Abbasiyah, penguasa Irak saat itu.
Sumber :Republika.co.id