#Swasembada Pangan: Usai Beras, Gula, Garam, Pemerintah Akan Impor Jagung…
10Berita – Setelah polemik impor beras, gula dan garam, pemerintah Jokowi kembali membuka kran impor jagung pada bulan Januari 2018. Sebanyak 77.760 ton jagung akan didatangkan dari luar negeri dalam kurun waktu 3 bulan kedepan.
Proses Impor jagung rencananya akan dilakukan PT Miwon Indonesia dari Argentina, Brasil, Ukraina, dan Amerika Serikat. Jagung yang diimpor akan digunakan untuk bahan baku industri. Persetujuannya pun telah diteken Kementerian Perdagangan pada 17 Januari 2018 dan berlaku mulai 17 Januari hingga 17 April 2018.
Menanggapi hal tersebut, Anggota Komisi IV DPR Andi Akmal Pasluhuddin menyayangkan kebijakan Kemendag yang terlalu gampang mengobral rekomendasi impor kepada pengusaha. Terlebih, alasan yang digunakan juga selalu sama, untuk keperluan industri. Padahal, kebutuhan industri tersebut seharusnya masih bisa dipenuhi dari dalam negeri.
“Ini kan alasannya semua begitu, untuk industri. Padahal, importase ini kan bisa saja merembes juga ke masyarakat.
Ini terjadi karena tidak ada pengawasannya. Importase ini tidak ada kepastian di masyarakat karena begitu merembes pasti akan memukul pasar di dalam negeri. Kasihan petani kita kalau seperti ini,” ucap politisi PKS ini, Rabu (31/01) malam.
Selama ini importase pangan sering bermasalah karena selalu terjadi kebocoran. Yang awalnya disebut untuk industri, namun kenyataannya barang impor itu masuk ke pasar konsumsi masyarakat. Begitu masuk ke pasar, harga komoditas tersebut langsung anjlok akibat terlalu banyak suplai. Para petani pun langsung rugi, karena hasil panennya tidak laku.
Andi mencium adanya aroma kental kental kepentingan politik dalam importase ini.
“Ini semangat impor juga dekati Pemilu. Sehingga, semakin kuat (dugaannya). Padahal, dasar impor itu harusnya dikeluarkan kementerian teknis,” ujarnya.
Andi menegaskan, sejak awal, Komisi IV menyatakan menolak impor, baik beras maupun jagung. Sebab, impor itu telah menggelisahkan petani. Buktinya, untuk beras, baru rencana impor saja, harga padi petani langsung anjlok.
Dia yakin, Presiden Jokowi juga tidak setuju dengan impor itu. Ketidaksetujuan Jokowi dapat dilihat dari kemarahannya saat membuka rapat kerja Kemendag di Istana, kemarin. Sebab, yang diinginkan Jokowi dari Kemendag adalah menggenjot ekspor, bukan mengobral impor.
“Genjot ekspor kan bisa bikin devisa negara kita makin bagus. Sementara, importase pangan ini malah membuat petani-petani kita kesulitan,” tandasnya. (Pi/Ram)
Sumber : Eramuslim