OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Senin, 12 Maret 2018

Belajar Ketahanan Pangan Dari Nabi Yusuf as

Belajar Ketahanan Pangan Dari Nabi Yusuf as


10Berita -“Yusuf berkata: Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan.” (QS. Yusuf: 47)

Penjelasan Ayat ini adalah bagian dari kelebihan Nabi Yusuf AS yang mampu menakwilkan mimpi sang raja, dimana akan datang masa paceklik panjang selama 7 tahun, maka untuk menghadapi itu kalian agar bertani gandum selama tujuh tahun berturut-turut dan sungguh-sungguh. Kemudian, ketika menuai hasilnya, simpanlah buah itu bersama tangkainya. Ambillah sedikit saja sekadar cukup untuk kalian makan pada tahun-tahun itu dengan tetap menjaga asas hemat.”

Ayat Al Quran ini sejalan dengan apa yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern bahwa membiarkan biji atau buah dalam tangkainya saat disimpan akan mampu mengawetkan dan mencegah kebusukan lebih lambat. Bahkan lebih dari itu, bulir dalam tangkainya itu akan tetap memelihara zat-zat makanan secara utuh dan lebih tahan lama
Dan ternyata dengan cara inilah leluhur bangsa kita bisa memiliki kekuatan kedaulatan pangan. Di kampung adat Ciptagelar, saya sempat disuguhi makan dengan beras dari gabah yang sudah berusia lima tahun, ungkap Kang Eep dalam sebuah blog nya.

Dahulu sewaktu saya kecil, ayah saya memanen padinya dengan cara menggunakan étém (ani-ani). Saya paling suka melihat saat ayah saya “mangkek” (mengikat) tangkai-tangkai padi dengan tali bambu. Sayangnya kami saat itu tidak punya leuit (lumbung) padi, jadi ayah saya menyimpannya di goah (gudang pangan) di rumah.

Namun sekarang tidak demikian, padi dirontokkan langsung jadi gabah, dijemur, dan kemudian digiling jadi beras. Prosesnya tidak terlalu lama dari sejak dipanen (kang eep).


Beras kemudian disimpan di gudang. Tak lama kemudian, kutu dan jamur mulai hadir, setelah 6 bulan, beras yang digudang pun dibersihkan kembali, disemprot pengusir kutu, dan diputihkan kembali. Sangat jauh kualitasnya dibandingkan beras yang baru digiling, sambung kang eep,

Tukang Dongeng Pertanian.

Bila kita tarik pembahasan ini dalam forum kajian Geopolitik, maka ayat Al Qur’an Surah Yusuf diatas seolah membedah informasi bahwa ada tata kelola pangan kita yang salah, yang menyebabkan kita terjebak menjadi negara yang tak memiliki kedaulatan pangan.

Ketika kedaulatan pangan sebuah negara telah rontok, otomatis rakyat telah tergadai. Inilah potret kolonialisme gaya baru yang berjalan senyap.

Kendalikan minyak, maka anda akan mengendalikan negara, kendalikan “pangan” (food) maka anda akan mengendalikan rakyat”. Tutur Henry Kissinger, mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat.

Hari ini yang terjadi adalah gabah dari petani langsung dijual, dikeringkan, digiling jadi beras, agar cepat dijual, dapat uang, beli motor, beli ponsel, beli pulsa, beli quota internet, yang mahalnya ga ketulungan.

Alangkah sedihnya, jika saya ingin membeli sebuah iPad, saya harus menjual hasil singkong saya tidak kurang dari 1 hektar setelah saya tanam selama 9 bulan jelas kang eep, pemilik situs “ciletuhpalabuhanratugeopark” ini.

Asas berhemat, mungkin saat ini sudah sulit ditemukan, belum lagi adanya sistem Greedy (memilahkan jenis beras berdasarkan grade) yang menyebabkan hancurnya nilai spiritual dan nilai-nilai kearifan leluhur (Kang Eep).
Indonesia ini sejatinya memiliki peluang besar menjadi pemain handal di kawasan Asia Pasifik bahkan dunia. Mengapa?

Karena Indonesia memiliki peluang sebagai negara lumbungnya raw material dunia, syurga investasi di segala bidang. Semua sarana dan prasarana power ekonomi ada di Indonesia,

Namun sayang, karena kita telah terjebak mekanisme ekonomi liberalisme, maka kita justru terjebak dengan tata kelola aturan yang secara tidak sadar menghancurkan food security [kedalatan pangan]dan energy security [jaminan pasokan dan ketahanan energi]bangsa kita sendiri (M Arief Pranoto)

Ada pergeseran bentuk penjajahan baru dari era militer ke penjajahan terselubung yang berjalan senyap di negara ini tetapi kita tak menyadarinya.

Bulog misalnya, seperti telah di-“mandul”-kan sehingga hampir tidak ada kedaulatan pangan, buktinya? Apa yang dibeli oleh Bulog dari petani berupa gabah, namun ketika Pemerintah mengambil kebijakan Impor dari luar negeri, ternyata Bulog malah belinya beras, hal yang sangat menyakitkan hati kaum petani.

Sistem yang dikendalikan sepenuhnya oleh kebijakan ekonomi Liberal Asing ini hanya menciptakan ketergantungan negara kita kepada negara lain dalam hal food and energy security”. Inilah agenda Silent invansion. Penjajahan gaya baru melalui penjajahan ekonomi.

Uniknya kolonialisme gaya baru ini tanpa letusan peluru, namun negara dan rakyat telah tergadai oleh sistem global, dan kita tak menyadari bahwa kita telah terjajah (M Arief Pranoto).

Bahkan bukan hanya beras, berbagai kebutuhan pokok sembako semacam singkong, kedelai, tembakau, ikan asing, garam, jagung, dll pun kian meluas kuota impornya, padahal note bene bahan-bahan dimaksud sangat berlimpah di negeri ini. Hingga kita ibaratnya tikus mati di dalam lumbung padi

Seolah-olah mengikuti aturan-aturan main serta mekanisme yang berlaku di dunia Internasional, sementara skema ekonomi neoliberalisme semakin kuat tertancap di Negeri ini.

Pertanyaan sederhananya,” siapa yang diuntungkan dengan mekanisme aturan tersebut?” Siapa lagi kalau bukan para cukong dan korporasi pemegang kendali kapitalisme global (M Arief Pranoto).

Berkaca dari uraian surah Yusuf tersebut diatas, bahwa “apa yang kita tuai hendaknya di biarkan dalam dibulirnya kecuali sedikit untuk kita makan”. Hal ini mengingatkan kita, bahwa ada mekanisme yang salah dalam tata kelola kita selama ini.

Kebijakan membeli beras lalu menyimpannya dalam bentuk beras seperti yang umumnya dilakukan oleh Bulog bukan hanya merugikan petani, tetapi lebih dari itu, kebijakan itu juga berdampak mengkerdilkan kedaulatan pangan di negeri kita sendiri.
Salam..

Penulis: Bakar Bamuzaham, Reearch Associate Global Future Institute (GFI)

Sumber : Eramuslim

Related Posts:

  • Kebijakan Impor Hancurkan Petani Kebijakan Impor Hancurkan Petani 10Berita  – Tradisi kebijakan impor komoditas pangan dan komoditas non-pangan bukan barang baru Indonesia. Keberadaannya seolah telah menjadi bom waktu bagi petani dan nelayan yang mengg… Read More
  • Catatan Dr. Acep Iwan Saidi: BECAKCatatan Dr. Acep Iwan Saidi: BECAK 10Berita – Kami masih hidup, Tuan. Tapi, kami memang terlantar. Kata orang, sih, ditelantarkan. Terserah saja. Kami tidak mau berdebat soal itu. Tenaga kami telah habis. Banyak hal yang har… Read More
  • Jangan Sia-siakan Masa Muda, Lakukan 5 Hal Ini Agar Tak Menyesal Jangan Sia-siakan Masa Muda, Lakukan 5 Hal Ini Agar Tak Menyesal 10Berita, Masa muda adalah di mana kamu akan menemukan jati diri, mencari eksistensi, serta pengalaman yang belum pernah kamu dapatkan sebelumnya. Biasanya… Read More
  • Ketika Kaum Muslimin Terbingkai Satu Perasaan Dan Satu PemikiranKetika Kaum Muslimin Terbingkai Satu Perasaan Dan Satu Pemikiran 10Berita, “Dahulu, kaum muslimin merupakan umat yang satu, Negara yang satu, dan khilafah yang satu” (Syaikh Atha Bin Khalil Abu Ar Rasythah).  Kaum musli… Read More
  • Jangan Ada (Cinta) Mantan di Antara KitaJangan Ada (Cinta) Mantan di Antara Kita Oleh : Loly Norsandi   Mantan. (n) Seseorang yang kita anggap jodoh tapi ternyata bukan. Jleb! Seorang laki-laki, tiba-tiba saja berlari setelah khutbah nikah yang diberikan… Read More