Mengenal Kanem Bornu, Kerajaan Islam Kuno di Afrika
Para pedagang Afrika Utara dan Arab yang pertama kali membawa Islam ke Kanem Bornu.
10Berita , JAKARTA -- Islam telah melewati perjalanan panjang sehingga dikenal dan menancapkan kekuatan di berbagai belahan bumi. Salah satu tempat yang menjadi saksi perjalanan panjang itu adalah Afrika.
Begitu banyak kisah perjuangan penyebaran Islam oleh para sahabat Nabi, ulama, dan pejuang Islam lainnya di benua yang sarat keragaman itu. Jejak penyebaran Islam di benua itu di antaranya tampak jelas di Kanem Bornu.
Kanem Bornu? Nama ini memang kurang familiar bagi kebanyakan umat Islam. Hal ini bisa dipahami mengingat Kanem Bornu adalah nama kerajaan Islam kuno di Afrika, tepatnya di wilayah Chad dan Nigeria. Mayoritas penduduk kerajaan ini adalah orang-orang etnis Kanuri.
Menurut ahli geografi Arab, Kerajaan Kanem berkuasa pada abad kesembilan. Kemudian, kerajaan ini berubah menjadi kerajaan independen dengan sebutan Bornu sampai pada 1900. Adalah para pedagang dari Afrika Utara dan Arab yang pertama kali membawa Islam ke wilayah kerajaan ini. Catatan sejarah menyebut, pada 1068 seorang tokoh Kanem Bornu dari Dinasti Saifawa yang bernama Hummay sudah menjadi Muslim.
Bagi penguasa Saifawa, Islam memberikan banyak keuntungan, seperti hadirnya ide-ide baru dari Arab dan wilayah Mediterania, serta literasi dalam hal administrasi. Ketika Islam datang dan mempengaruhi Dinasti Saifawa, banyak orang menolak “agama baru” ini.
Mereka lebih percaya pada keyakinan nenek moyang dan praktik-praktik tradisional. Meski sempat mendapat penolakan, Islam tetap bisa hidup dan berkembang di wilayah-wilayah Dinasti Saifawa terutama di kalangan para penguasanya seperti Hummay.
Waktu bergulir, Dinasti Saifawa pun terus mengembangkan kekuasannya di berbagai wilayah. Setelah melalui perjuangan panjang untuk menyatukan berbagai kelompok di banyak daerah, Dinasti Saifawa pun mulai menjelajah ke negara timur, yakni Chad. Maka, dimulailah proses ekspansi kekuasaan Dinasti Saifawa di wilayah ini.
Meski Dinasti Saifawa berkuasa dalam waktu yang lama, tak lantas membuatnya sebagai penguasa yang diktator. Raja diangkat oleh dewan kerajaan. Begitu pula sejumlah komandan militer. Seperti pada masa kini, kerajaan dibagi menjadi beberapa provinsi. Ada pula daerah yang menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan.
Pada abad ke-11, hampir sebagian besar penguasa di Kanem Bornu telah memeluk Islam. Sementara, pada abad pertengahan, Kerajaan Kanem Bornu memiliki kekuasaan besar di Sudan. Wilayah kekuasaannya di bagian utara berbatasan dengan Gurun Sahara. Kawasan perbatasan ini merupakan bagian dari rute perdagangan penting Trans Sahara yang membentang antara Tunisia dan Tripoli.
Pada masa itu, Kerajaan Kanem Bornu aktif dalam kegiatan perdagangan budak ke Ifriqiya dan Mesir. Kegiatan ini ternyata membantu penyebaran Islam ke negeri-negeri tetangga.
Sumber :Republika.co.id