OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Kamis, 29 Maret 2018

Menyikapi Musibah Dengan Bersyukur, Bisakah?

Menyikapi Musibah Dengan Bersyukur, Bisakah?


10Berita, Bagaimana mungkin orang masih bisa bersyukur setelah musibah datang menerpanya? Mengapa tidak bisa? Allah sendiri telah menjanjikan tambahan nikmat bagi umatnya yang tak henti untuk bersyukur.

Redaksinya, tak ada kalimat ‘bersyukur dalam keadaan apa’. Ini mengandung pengertian bersyukur dalam keadaan apa saja. Saat sedih, gundah, menahan derita, atau terkena musibah, karena sudah seharusnya bersyukur saat sedang menerima kebahagiaan.

Satu pelajaran berharga saat melihat berita kebakaran di telivisi saat sepasang suami istri mengais sisa barang yang masih tertinggal. Wajahnya tak terlalu buram, meski kesedihan terpancar secara halus.

Ketika ditanya wartawan tentang musibah yang dialami, mereka menjawab lugas, ”Mau bagaimana lagi, ini sudah musibah. Tak apa…kami akan membangun rumah dan mencari harta benda dari awal lagi. Meski sedih, kami tetap bersyukur Allah hanya ambil harta kami. Seluruh anggota keluarga kami semuanya selamat…”

Pelajaran berharga dari kata ikhlas dan bersyukur saat musibah. Ini bisa meredam derita yang dimiliki seseorang ketika ia merubah musibah dalam bentuk syukur.

Dibanding dengan salah seorang tetangganya yang saat kebakaran berlangsung, mereka meraung-raung dan meratapinya hingga pingsan. Seolah dunia telah berakhir melihat harta bendanya dilalap si jago merah.

Bila seorang hamba membiasakan mulutnya berzikir pada Allah dalam berbagai kesempatan, saat melihat kejadian buruk menimpanya, yang terjadi akan sangat berbeda dengan orang yang mulutnya kelu untuk menyebut asma-Nya.

Jalaluddin Rakhmat menyebutkan, “cara syukur saat ditimpa musibah yakni dengan melihat sisi positif dan kebaikan dalam musibah itu.”

Ia mencontohkan sikap dari Iman Ali Zainal Abidin dalam menyikapinya saat ia sakit. “Ya Allah, aku tidak tahu, apakah aku harus bersyukur atau bersabar dalam kondisi sakitku ini. Sebab, berkat sakit ini, aku lebih punya banyak waktu untuk zikir, terhindar dari kenistaan, dan merasa punya banyak waktu lagi yang diluangkan bersama keluarga.”

Hal yang harus disadarkan dalam diri kita adalah musibah, sakit, kemalangan merupakan hal-hal yang tak bisa dihindari dalam kehidupan manusia.

Suatu saat, setiap orang pasti mengalami kehilangan, dan itu adalah musibah. Bagi yang tak mencegah musibah terjadi kepadanya, yang paling mungkin dilakukan adalah menerimanya dan bersyukur.

Syukur membuat seseorang lebih tegar. Dengan sikap itu diharapkan akan berbuah manis, Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik lagi.

Sumber: candradewojati.com