OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 04 Maret 2018

Mohamed Salah, "Duta Islam" di Eropa

Mohamed Salah, "Duta Islam" di Eropa


10Berita, Selebrasi “Makan rumput” begitulah Mourinho mengejeknya ketika Mohammad Salah melakukan sujud syukur yang menjadi cirinya selepas mencetak gol. Pemain internasional Mesir yang dibeli dengan harga sangat murah sekitar 35 juta pounds oleh Liverpool kini nilanya ditaksir sudah mencapai 3 kali lipat dalam rentang waktu 9 bulan. Dengan torehan 32 gol dan 8 assist Mo Salah telah menjadi legenda Liverpool terbanyak mencetak gol dalam satu musim.

Maka tidak salah, ketika ratusan supporter Liverpool menyanyikan lagu pujian di stadion angker Anfield dLiverpool. Bahkan saking gandrungnya sama Mo Salah mereka menyanyikan chant bahwa mereka ingin Salah mencetak gol lagi dan setelah itu mereka akan menemani Salah menjadi muslim dan ikut bersama ke Masjid. Mo Salah selalu menjadi bait lagu yang mendebarkan yang dinyanyikan supporter mania Liverpool.


Salah telah menjadi ikon Islam yang sejuk dan menebarkan kebaikan. Salah orang sangat religious, istrinya berhijab dan menikah pada usia belia. Salah ingin membuktikan bahwa Islam itu damai dan Islam tidak pernah salah. Mereka yang menamakan Islam dan melakukan teror sejatinya telah merusak rahmatan lil alamin-nya nilai pondasi Islam.

Mohamed Salah adalah oase harapan di tengah kekecewaan dan kemarahan karena transisi demokrasi di Mesir mengalami kemunduran, bahkan kegagalan. Hampir di setiap pertokoan dan rumah-rumah Mesir memasang gambar sosok Salah. Mungkin di benak kaum muda milenial dan orangtua mereka sudah putus harapan pada politik. Mereka ingin anak-anaknya di kemudian hari menjadi bintang olahraga yang mendunia seperti Mohamed Salah.

Mohamed Salah menjelma sebagai duta Timur-Tengah, bahkan duta Islam di Barat. Di tengah kuatnya kebencian terhadap Timur-Tengah dan Islam yang terus menguat (islamophobia), Salah bisa memperbaiki citra yang selama ini dikenal sebagai teroris. Apalagi Liverpuldian selama ini dikenal sebagai fans sepakbola yang fanatik. Mereka menikmati kelincahan Salah di lapangan hijau, dan mereka juga menerima Salah yang berlatar belakang Muslim. Bahkan, sumbangsih Salah di Liverpool yang sangat mengagumkan musim ini bisa membuat mereka kepincut pada Islam, agama yang dipeluk Mohamed Salah.

Kebiasaan mantan pemain bintang AS Roma ini yang tidak pernah berubah dari dulu sampai sekarang adalah mengkhatamkan al-Quran. Sebelum bertanding ia terlihat membaca al-Quran. Salah juga selalu datang ke masjid untuk melaksanakan shalat. Karenanya, para Liverpuldian jika ingin berjumpa Salah dan mengabadikan foto dengan Salah cukup datang ke masjid. Jika pulang kampung, Salah tidak pernah absen menunaikan shalat di masjid.

Mohamed Salah tidak lupa tanah kelahirannya dengan membantu orang-orang miskin, rumah sakit, sekolah, dan teman-temannya di masa kecil dulu. Bahkan, ia masih bermain bola bersama teman-temannya.


Di musim liburan, Salah selalu memilih untuk mudik ke kampungnya di Nagrig Mesir daripada bersenang-senang seperti para pemain bintang lainnya menghabiskan miliaran. Salah seperti orang Mesir lainnya yang hanya ingin selalu pulang kampung, karena berada di negeri orang adalah azab. Dalam pepatah Mesir disebut, al-ghurba 'adzabun. Keterasingan adalah penderitaan. Liburan jeda musim ia gunakan untuk mudik ke kampung halamannya di Mesir.

Intinya, akhlak Mohamed Salah, baik di dalam lapangan maupun di luar lapangan seiring dan seirama. Ia selalu menampilkan keindahan dalam mengolah bola dengan keindahan perangai yang membuat decak kagum setiap orang yang mengenalnya.

Maka dari itu, orang-orang Mesir menyebut Mohamed Salah, "Ia sosok yang seperti kami. Ia dulu berjuang melewati kesulitan, tapi ia konsisten dan berhasil." Artinya, ia merepresentasikan kegigihan orang kampung di Mesir yang tidak menyerah pada keadaan yang serba sulit dan melarat. Ia berlatih serius, hingga akhirnya meraih mimpinya untuk bermain sepakbola di klub prestisius dan liga yang paling keras di dunia.

Maka dari itu, pada 2017 lalu, Mohamed Salah dinobatkan sebagai pemain terbaik Afrika. Ia adalah sosok pemain Mesir kedua setelah Mahmood Khatib yang mendapat gelar yang sama pada 1983. Mahmood Khatib juga legenda Mesir karena mengantarkan tim nasional Mesir ke Piala Dunia pada 1990. Tapi bedanya, Khatib tidak pernah bermain di Liga Eropa.

Mohamed Salah adalah sosok yang komplit. Ia layak dijadikan sebagai inspirasi di Mesir dan Timur-Tengah. Ia pun kini disejajarkan dengan Ummi Kultsum (penyanyi) dan Naguib Mahfudz (sastrawan). Sosok-sosok ini telah menjadi legenda Mesir yang mendunia melalui karya-karyanya.


Mohamed Salah akan terus menjadi perbincangan dan inspirasi, karena ia sekarang sebenarnya masih baru memulai kariernya di Liverpool. Ia belum berada di puncak, masih dalam tangga menuju puncak prestasi. Jika ia berhasil membawa Liverpool sebagai juara Liga Champions, maka ia akan menjadi pemain terbaik dunia. Itu akan menjadi sejarah baru bagi Salah.

Kabarnya Real Madrid berminat untuk meminang Salah. Itu artinya, Salah akan jadi "khalifah" Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi. Selama ini orang bertanya-tanya siapakah "khalifah" kedua pemain terbaik dunia tersebut. Misteri itu pelan-pelan terjawab, karena Salah sepertinya akan menjadi khalifah bagi CR7 dan Messi. Ya, orang-orang Arab menyebut Salah sebagai "Messi-nya Arab".

(by Dudun Parwanto/fb)

Sumber : PORTAL ISLAM