Muhammadiyah-NU: Perbedaan Politik Jangan Jadi Sumber Perpecahan
zulkarnain/hidayatullah.com
10Berita – Menyambut tahun politik 2018 dan 2019, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mengingatkan umat, jika sekiranya ada perbedaan terkait politik, jangan sampai menjadi sumber perpecahan.
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Dr Haedar Nashir, menyatakan, perbedaan seharusnya dijadikan sebagai rahmat yang menopang harmoni kehidupan yang beraneka ragam.
Karena menurutnya demokrasi tidak sekadar membutuhkan kerelaan hati, menerima apa adanya baik perbedaan pendapat dan perbedaan pikiran. Namun demokrasi juga membutuhkan kesabaran, ketelitian, dan cinta kasih antar sesama.
Baca: Ketum NU-Muhammadiyah Jalin Silaturahim “Menuju Indonesia Berkeadilan”
“Tentu kami ingin bahwa Muhammadiyah dan NU membingkai secara moral dan kultural nilai-nilai agar pesta demokrasi tetap dalam koridor keindonesiaan yang membawa pada kemajuan, kesejahteraan, dan keutuhan Indonesia,” ujarnya kepada wartawan termasuk hidayatullah.com usai acara silaturahim keluarga besar dua ormas Islam tersebut di Kantor PBNU, Kramat Raya, Jakarta, Jumat (23/03/2018).
Haedar menambahkan, jangan sampai tahun politik hanya menjadi “demokrasi untuk demokrasi, pesta politik untuk pesta politik”, tanpa ada nilai moral yang terkandung di dalamnya.
“Mari semuanya kita membawa demokrasi kita ini pada kemajuan dan kesejahteraan dan keadilan sosial,” harapnya dalam acara bertema “Mewujudkan Islam yang Damai dan Toleran Menuju Indonesia yang Berkeadilan” itu.
Baca: Dialog Ukhuwah NU, Muhammadiyah dan Persis Mesir: Tak Perlu Perbesar Furu’
Haedar mengatakan, Muhammadiyah dan NU berharap agar calon-calon pemimpin di negeri ini menjadikan keadilan sosial sebagai visi utamanya untuk diwujudkan.Para tokoh dan keluarga besar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menjalin silaturahim secara khusus di Kantor PBNU, Kramat Raya, Jakarta Pusat, Jumat sore (23/03/2018).
Dalam silaturahim itu, hadir Ketua Umum dari dua ormas Islam terbesar di Indonesia itu, KH Said Aqil Siroj (PBNU) dan Dr Haedar Nashir (Muhammadiyah).* Zulkarnain
Sumber : Hidayatullah.com