Siapa Pengebom Rombongan PM Palestina, Jari Menunjuk ke Teroris Penjajah Zionis
PM Rami Hamdallah berpidato sekembalinya ke Ramallah setelah dari Gaza. (Foto: Torokman/Reuters)
10Berita, RAMALLAH Jari menunjuk penjajah Zionis sebagai pihak yang mengebom konvoi Perdana (PM) Menteri Palestina yang berbasis di Tepi Barat saat berkunjung ke Jalur Gaza.
Ledakan hari Selasa (13/3/2018) seperti dilansir Aljazeera, Rabu (14/3) melukai beberapa petugas keamanan Rami Hamdallah saat mengawal konvoi perdana menteri tersebut dalam sebuah kunjungan ke wilayah yang dikuasai Hamas untuk meresmikan pabrik pengolahan air yang sangat dibutuhkan di Gaza.
Ledakan itu terjadi tak lama setelah konvoi Hamdallah melewati pos pemeriksaan Erez yang dikendalikan penjajah Zionis, di Beit Hanoun, Gaza utara, koresponden Aljazeeramelaporkan.
Sebuah sumber mengatakan kepada Aljazeerabahwa Hamdallah dan pemimpin politik senior Hamas, Ismail Haniya, berbicara melalui telepon pada hari itu dan sepakat bahwa “Israel” berada di balik ledakan tersebut.
Hamas membantah terlibat dalam ledakan tersebut. Hamas juga akan melakukan penyelidikan untuk “menyeret orang-orang yang berada di balik serangan itu ke pengadilan”.
Tawfiq Abu Naim, Kepala Keamanan Hamas, telah diberi tanggung jawab untuk memimpin penyelidikan tersebut.
Perjanjian rekonsiliasi
Hamas dan Fatah, dua partai politik utama Palestina, menandatangani sebuah kesepakatan rekonsiliasi pada Oktober 2017, mengakhiri satu dekade pembagian wilayah dengan dua pemerintahan paralel yang beroperasi di Gaza dan Tepi Barat.
Kesepakatan untuk membentuk pemerintahan persatuan ditandatangani di ibu kota Mesir, Kairo, pada 13 Oktober 2017. Namun upaya untuk mengimplementasikan kesepakatan tersebut telah menghadapi hambatan.
Hamdallah, yang memimpin pemerintah Otoritas Palestina berbasis di Ramallah, tampil langsung di televisi pada peresmian pabrik pengolahan air limbah di Gaza tersebut.
Tak lama kemudian, dia kembali ke Ramallah. Diia nampak tidak terpengaruh (dengan peristiwa serangan) saat menyampaikan sebuah pidato singkat di luar kantornya.
Dia mengatakan tujuh pengawalnya terluka dalam serangan tersebut dan mereka dirawat di rumah sakit di Ramallah.
“Ini (serangan) tindakan pengecut yang tidak mencerminkan rakyat kami, juga bukan mewakili rakyat Gaza,” kata Hamdallah.
Majed Faraj, kepala intelijen Otoritas Palestina, berada dalam bagian dari konvoi yang diserang.
Fatah, partai politik Tepi Barat yang dipimpin Presiden Palestina Mahmoud Abbas, menyebut insiden tersebut sebagai “serangan teroris” dan menyalahkan Hamas yang dianggap gagal dalam memberikan keamanan di Gaza.
“Serangan ini adalah upaya untuk membunuh semua upaya rekonsiliasi. Ini adalah langkah berbahaya yang bertujuan untuk menyebarkan kekacauan dan pertengkaran di antara orang-orang kami,” ujar Munir al-Jaghoub, kepala departemen informasi Fatah.
“Kami menuntut agar Hamas mempercepat penyelidikannya. Perkembangan tersebut telah membuktikan bahwa Hamas telah benar-benar gagal dalam memberikan keamanan di Gaza, sama seperti gagalnya dalam memberikan kehidupan yang layak untuk rakyat di jalur Gaza.”
Sabotase dituduhkan
Ahmed Bahar, juru bicara parlemen Hamas, mengatakan bahwa ledakan tersebut adalah sebuah kejahatan yang ditujukan untuk menyabotase upaya rekonsiliasi. Bahar meminta segera dilakukannya penyelidikan.
Kepada Aljazeera, Iyad al-Buzom, juru bicara kementerian dalam negeri Gaza, mengatakan bahwa tindakan menyalahkan (oleh Fatah) “memiliki dimensi politik”.
“Di sini, di Gaza, kami mengambil semua tindakan pengamanan untuk menyambut semua konvoi dan delegasi, terutama perdana menteri, saat memasuki Gaza,” katanya.
“Beberapa tersangka (peledakan) ditangkap beberapa saat yang lalu” dan sebuah investigasi “untuk mengetahui siapa yang berada di balik ledakan tersebut” sedang berlangsung.
Mustafa Ibrahim, seorang analis politik yang berbasis di Gaza, mengatakan ada “beberapa pihak yang diuntungkan dari ledakan ini”.
“Dan yang sangat penting, Hamas menangkap orang-orang yang berada di belakang serangan sesegera mungkin,” ujarnya.
Nickolay Mladenov, koordinator khusus PBB untuk proses perdamaian Timur Tengah, mengecam serangan tersebut. Ia mengatakan dalam sebuah postingan di Twitter bahwa di balik serangan bom ini adalah sebuah upaya untuk “merusak” rekonsiliasi antara Hamas dengan Fatah.
Heather Nauert, juru bicara departemen luar negeri AS, mengatakan di Twitter, warga Gaza membutuhkan “pemerintah sejati yang akan memberikan layanan dasar”.
Ucapan Nauert muncul saat Gedung Putih mengadakan sebuah konferensi mengenai krisis kemanusiaan di Gaza, yang berada di bawah blokade darat, laut dan udara selama lebih dari satu dekade.
Pejabat Palestina sendiri tidak ingin menghadiri konferensi tersebut. Awal pekan ini Otoritas Palestina menolak undangan konferensi itu. (S)
Sumber: Aljazeera, Salam Online.