Skandal E-KTP: Akhirnya, Kesetyaan Novanto Luntur
10Berita, Pramono Anung ada di skandal e-KTP? No way! Tidak mungkin. Apalagi Mbak Puan Maharani. Jauh panggang dari api. Tak masuk akal kedua warga terhormat di PDIP ini bisa sampai terseret skandal korupsi yang “dibintangi” oleh Setya Novanto itu (SetNov).
Tapi, inilah lirik yang dinyanyikan oleh mantan ketua DPR-RI itu dalam sidang korupsi e-KTP di Pengadilan Tipikor, Jakarta Pusat, Kamis (22/3/2018). Kemunculan nama Pramono dan Puan di dalam rangkaian keterangan Novanto, bagaikan amuk petir tanpa awan mendung. Seperti tsunami yang menghempas Pulau PDIP. Segenap warga Banteng merasakan dampaknya.
“Tidak mungkin! Ini semua karangan Novanto,” kata seorang politisi senior PDIP yang selama ini dikenal berintegritas.
Sekjen partai, Hasto Kristyanto, mengeluarkan pernyataan resmi. Nadanya juga “denial” (membantah). “Urusan e-KTP berlangsung semasa pemerintahan SBY. Kami berada di pihak oposisi,” kata Pak Sekjen. Menurut Hasto, PDIP tidak punya menteri di kabinet SBY, sehingga tidak ikut mendesain.
Tetapi, mengapa nama kedua tokoh penting PDIP itu diseret oleh SetNov? Pengakuan matan ketua umum Golkar itu memang mencengangkan banyak orang. Banyak yang gelisah.
Tapi, begitulah syair lagu “Aku Tak Mau Sendiri” yang digubah dan dibawakan oleh penyanyi kondang Golkar, Setya Novanto. Album single ini akan menjadi “top hit”. Dia diiringi oleh vokalis koruptipus yang terkenal di dunia “tarik uang” (mirip tarik suara), Andi Narogong. Tetapi, untuk lirik yang menyebutkan nama Pramono dan Puan, adalah vokalis “suara belakang” yang membantu SetNov. Namanya, Made Oka Masagung.
Pak Made inilah yang menuliskan bait-bait syair tentang kehadiran Pramono dan Puan di skandal korupsi e-KTP. Manajer orkes jazz e-KTP, yaitu SetNov sendiri, kemudian mencantumkan lirik ini ke dalam pengakuan yang membuat beliau sekarang ini menjadi “orang yang sangat tercela” di mata warga PDIP.
Ya, SetNov sangat tercela. Begitu berani dan teganya dia membawa-bawa nama besar yang sangat disegani di Kandang Banteng. Hasto mengatakan, ada yang mau menyudutkan PDIP. Menurut beliau lagi, SetNov melakukan ini karena ingin mendapatkan diskon hukuman melalui skema “justice collaborator”. Alias, skema “bongkar semua”.
Yang benar adalah bahwa Novanto tidak lagi “Setya” kepada teman. Ke-Setya-an Novanto kini telah luntur. Beliau ini, kalau dilihat semasa menjabat sebagai ketua Golkar dan ketua DPR, sangat mesra dengan Bu Megawati Soekarnoputri. SetNov-lah yang “menyerahkan” Golkar kepada Bu Mega lewat dukungan Beringin kepada Presiden Jokowi. SetNov-lah yang menjadikan Golkar sebagai partai pertama yang mencapreskan Pak Jokowi untuk pilpres 2019.
Luar biasa pengabdian SetNov untuk Bu Mega, PDIP, dan Pak Jokowi. Terasa tidak masuk akal mengapa sekarang dia berubah 180 derajat.
Wallahu a’lam, apakah ketegaan SetNov ini ada kaitannya dengan kecelakaan tabrak tiang listrik tempohari. Semoga saja kecelakaan itu tidak sampai mengubah “neuro-setting” (kurang enak mau bilang “setting otak”) Setya Novanto. Waktu itu, pengacara beliau, Frederich Yunadi, mengatakan Papa cedera parah sampai ada benjolah “bakpau” di keningnya. Artinya, kepala Papa membentur benda keras sampai tak siuman (tak siuman atau tak ciuman?).
Saya menjadi khawatir, tak lama lagi akan ada orang yang mengeluarkan komentar bahwa SetNov menyeret nama-nama besar karena sudah tidak **ras lagi.
Sebagai tambahan, di depan serangkaian sidang Tipikor, SetNov telah menyebutkan 10 nama anggota DPR yang menerima aliran dana proyek e-KTP. Nama-nama tersebut termasuk Olly Dondokambey, Tamsil Linrung, Mirwan Amir, Melchias Markus Mekeng, Arif Wibowo, Ganjar Pranowo, dan M Jafar Hafsah.
Penulis: Asyari Usman, wartawan senior
Sumber : PORTAL ISLAM