The War on Muslim Cyber Army
10Berita – The War on MCA
Oleh: Ismail Fahmi
Baiklah.. Drone Emprit awalnya lagi sibuk dengan pengembangan fitur baru, jadi jarang bikin analisis. Namun terkait isu terbaru ini, yaitu tentang MCA, dan belum adanya analisis yang menggunakan data untuk rentang waktu yang panjang, sementara Drone Emprit masih menyimpan rekaman data ini, maka diputuskan untuk membuat analisa singkat.
Warning: tulisan ini agak panjang. Deskripsi dan analisis merefer ke slide2 yang dilampirkan sebagai gambar. Kalau ndak kebayang yang dimaksud dalam deskripsi, sempatkan lihat slide yang relevan di bawahnya. Atau bisa download PDF slidenya di sini:https://www.slideshare.net/mobi…/IsmailFahmi3/the-war-on-mca
PENDAHULUAN
Setelah sebelumnya Polri melakukan “shock therapy” dengan mengumumkan penangkapan anggota “Sindikat Saracen”, kali ini Polri lebih berani lagi, yaitu mengumumkan penangkapan anggota “MCA”, sebuah jaringan yang jauh lebih besar dari Saracen.
Landasan penangkapan ini sangat kuat: “pembuatan dan penyebaran hoax yang sangat meresahkan masyarakat, yaitu tentang maraknya ‘orang gila’ yang meneror ulama” dan isu PKI oleh anggota MCA.
Kejutan kedua ini bisa dilihat setidaknya memiliki 2 tujuan:
(1) meredam hoax khususnya yang menyerang pemerintah,
(2) melemahkan MCA.
PERTANYAAN
Analisis kali ini ingin menjawab beberapa pertanyaan berikut:
– Siapakan MCA itu?
– Kapan MCA mulai muncul?
– Bagaimana peta pertempuran “War on MCA” di media social?
– Apakah ada indikasi kekuatan MCA bakal melemah setelah gempuran ini?
– Bagaimana strategi MCA dalam melawan tekanan dan deligitimasi terhadap mereka?
Yang tidak akan dijawab oleh Drone Emprit adalah:
– Apakah ada struktur organisasi terpusat atau jaringan terstruktur yang dimiliki MCA?
– Apakah ada penyandang dananya, kalau ada siapa?
– Apakah penangkapan anggota MCA ini terkait dengan sepak terjang dan pengaruh MCA di pilkada 2018?
Yang terakhir ini biar dijawab oleh pak Polisi dan pengamat politik lain.
KEYWORD
Untuk menangkap percakapan terkait MCA, saya gunakan dua kata kunci, yaitu “MCA” (kapital) dan “Muslim Cyber Army”. Filter bahasa tidak diaktifkan, sehingga kalau ada MCA yang merupakan kependekan dari nama lain di luar negeri, akan muncul juga dalam data. Namun ini tidak masalah, selama kemunculannya tidak dominan. Lewat SNA akan bisa dipisahkan.
DATA
Drone Emprit menampilkan data Twitter dan News sejak Mei 2016 hingga 4 Maret 2018 (hari ini). Data khusus untuk kata kunci MCA baru dikumpulkan sejak seminggu lalu. Namun sejak bulan Mei 2016, Drone Emprit sudah mengumpulkan data untuk berbagai topik dan isu. Salah satunya adalah soal “PKI”, yang sejak bulan itu hingga sekarang masih dikumpulkan. Juga soal Pilkada, dll, dimana kemungkinan besar MCA muncul.
Di sini kita tidak hendak melihat total absolut percakapan yang mengandung kata kunci MCA untuk periode Mei 2016 sd 23 Feb 2018. Dalam periode sebelum Drone Emprit memonitor khusus tentang MCA, kita hanya akan melihat trend kemunculan MCA dalam berbagai isu yang sempat dimonitor.
TREND DAN VOLUME DATA
Dari grafik trend sejak 1 Mei 2016 sd 4 Maret 2018, kita lihat pada awalnya mention tentang MCA sangat sedikit. Yang tertinggi adalah bulan Maret 2018, yaitu sejak penangkapan anggota MCA diumumkan polri.
Dalam periode tersebut, kita mendapatkan 237K mention di Twitter, dan 5,9K mention di media online. Kita tidak akan membahas percakapan di media online. Hanya yang di media sosial yang akan kita analisis leibh dalam untuk menjawab pertanyaan di atas.
KAPAN “MCA” MUNCUL?
Untuk melihat awal mula munculnya nama “MCA” atau “muslim cyber army”, kita zoom data dari 1 Mei 2016 sd 25 Maret 2018. Dengan menghilangkan periode dimana pemberitaan MCA meningkat, kita bisa melihat skala trend volume lebih jelas untuk periode awal. Dan dengan mengklik setiap puncak dalam grafik trend Drone Emprit, kita bisa lihat percakapan apa yang terjadi saat itu. Dari situ kita bisa tahu apakah topik percakapannya.
Dari hasil eksplorasi setiap puncak grafik trend, kita bisa lihat bahwa nama MCA atau muslim cyber army mulai digunakan pada bulan Desember 2016. Tepatnya tanggal berapa?
Kita zoom lagi grafik trend untuk untuk periode 1 Mei 2016 sd 31 Desember 2016. Di sana kita temukan bahwa ternyata semua puncak dalam grafik sebelum 13 Desember berbicara soal “MCA” yang merupakan nama sebuah partai ras tunggal di Malaysia (Malaysian Chinese Association).
Pada tanggal 13 Desember 2016 itulah, sebuah twit pertama kali menggunakan nama “Muslim Cyber Army”:
“Saya bangga menjadi bagian Muslim Cyber Army…#PenjarakanAhok” – @ahmadyani1178, 4:45 AM – 13 Dec 2016
Twit tersebut meretweet status sebelumnya pada hari yang sama:
“[Perang Media Sosial] Muslim Mega-Cyber Army Meluluhlantakkan Ahok Cyber Army https://goo.gl/fb/uGq0e9” – @maspiyuuu, 3:49 AM – 13 Dec 2016
Apakah ada penyebutan sebelum itu? Kemungkinan ada, karena data Drone Emprit terbatas. Namun, dari nama yang digunakan oleh akun @maspiyuuu, dia belum menyebut nama MCA atau kepanjangannya. Dia masih menyebut nama “Muslim Mega-Cyber Army”, dan memberi nama lawannya “Ahok Cyber Army”.
TONGGAK LAHIRNYA “MCA”
Selanjutnya pada tanggal 14 Desember, sebuah status dari @sineasmuslim (sekarang bernama @khoyyr) menulis:
“muslim cyber army bergerakalah cc : @hafidz_ary @SiBonekaKayu @perisiden @TerorisSocmed @TofaLemon @Gemacan70 @ronavioleta @CondetWarrior” – @sineasmuslim, 10:57 AM – 14 Dec 2016
Status ini berisi potongan video dari ceramah HRS, yang mengajak umat Islam untuk melakukan “perang cyber” melawan musuh-musuh Islam yang selalu membuat fitnah dan menyerang Islam. (URL:https://twitter.com/khoyyr/status/808974067101409281)
Dalam periode bulan Desember 2016, status ini mendapat retweet paling tinggi terkait MCA.
Twit berikutnya yang paling banyak diretwet adalah dari Adam Harveys, jurnalis ABC untuk Asia Tenggara:
“Radical Indonesian cleric Habib Rizieq says Jokowi is blocking him online. Calls for help from ‘Muslim Cyber Army’” – @adharves, 6:43 AM – 20 Dec 2016
Dalam twitnya, Adam menyatakan bahwa HRS menginformasikan kepada jamaah tentang akun-akun media sosialnya yang diblok oleh pemerintah. HRS mengajak umat untuk melakukan “perang cyber”, dan memanggail “Muslim Cyber Army” untuk turun.
Menurut catatan Drone Emprit, ini adalah awal munculnya MCA, dan pidato HRS itu adalah tonggak lahirnya MCA.
Hal ini atas terkonfirmasi dari grafik trend dari 1 Januari 2017 hingga 31 Desember 2017. Sejak Aksi 212, penyebutan MCA atau “muslim cyber army” secara konsisten muncul dalam setiap bulannya.
JEJAK “MCA” SELAMA 2017
Selama periode 2017, kita bisa melihat mention terkait MCA bersama isu yang lain secara konsisten selalu muncul. Di sana ada beberapa puncak trend, yang kalau kita lihat, itu menandakan peristiwa2 besar yang melibatkan MCA.
Misalnya, 17 Januari, ada seruan HRS terkait GMBI; 20 Mei dengan peak tertinggi di tahun itu, soal kasus chat mesum HRS; 23 Agustus juga peak tinggi, dimana warming-up Polri dalam menumpas hoax, dengan mengumumkan penangkapan sindikat Saracen; dan di akhir tahun tentang aksi bela Palestina.
MASA SEBELUM “MCA”
Sebelum nama MCA muncul, apakah yang menjadi cikal bakal jaringan ini?
Kita lihat SNA dari peristiwa Aksi 411 dan Aksi 212. Dalam persiapan Aksi 411, dari 17-31 Oktober 2016, kita lihat cluster Pro Aksi dikomandoi oleh akun-akun terkait FPI dan HRS. Akun yang lain adalah buzzer yang akan mengamplifiksi pesan kepada publik. Demikian juga dalam persiapan Aksi 212, akun HRS merupakan akun penting di sana. Pernyataan HRS dan ceramahnya yang mengajak umat melakukan perang cyber, menjadi motivator dari cluster ini.
Dari situ kita bisa lihat bahwa sebelum MCA, akun FPI dan HRS adalah sentral dari cluster yang sering mengkritik pemerintah di media sosial. Bersama akun ini, ada akun2 lain dari berbagai kalangan yang mengamplifikasi. Bukan hanya dari salah satu partai, golongan, atau organisasi. Tapi lintas organisasi.
POSISI “MCA” DALAM PILKADA DKI
Kita ambil contoh salah satu SNA yang pernah dipublish Drone Emprit, yaitu pada tanggal 7-8 Februari pada saat debat pilkada. Dalam peta itu, kita lihat ada 4 cluster. Bukankah seharusnya ada 3 cluster, yang masing-masing adalah tim dari paslon yang bertanding?
Ternyata ada cluster keempat. Cluster ini secar jelas terpisah dari ketiga cluster lainnya. Dari analisis lebih dalam, cluster ini ternyata fokusnya hanya satu: menyerang cluser Ahok. Goal mereka adalah “asal bukan Ahok”.
Cluster ini tak tampak dalam mempromosikan dua paslon lawan Ahok. Ini dalah cluster MCA, dimana di dalamnya bergabung warganet dari berbagai kalangan yang memiliki goal yang sama.
THE WAR ON “MCA”
Sekarang kita analisis kejadian seminggu terakhir, dimana Polri mengumumkan penangkapan anggota MCA.
Dari grafik trend antara 23 Feb sd 4 Maret 2018, kita lihat trend naik tentang MCA terjadi mulai tanggal 27 Feb. Saat itu diberitakan bahwa Polri menangkap 14 anggota MCA dari berbagai kota di Indonesia. Berita itu langsung viral.
Kita lihat dan analisis percakapan ini dari hari per hari. Mulai tanggal 26 Feb. Saat itu, dunia MCA masih aman damai. Bahkan cluster MCA mendiskusikan ide untuk membuat aplikasi setara FB khusus untuk dakwah umat Islam di Indonesia. Sedangkan cluster Pro Pemerintah dimotori oleh @digembok, banyak mengungkap hasil profiling terhadap anggota dan motor MCA. Tujuannya untuk mendelegitimasi MCA dan menjatuhkan.
Pada tanggal 27 Feb 2018, hari H penangkapan anggota MCA yang dituduh menyebarkan hoax, top retweet didominasi oleh akun-akun yang pro pemerintah. Mereka secara massif memberi label bahwa MCA adalah “produsen hoax” yang tidak bisa lagi dipercaya.
Tentunya berita penangkapan ini akan membuat anggota MCA malu, karena jaringan, motif dan rahasia mereka terbongkar seiring dengan ditangkapnya pentolan mereka. Ini yang diharapkan. Dan kemudian publik tidak lagi percaya pada MCA.
Apakah benar seperti itu? Dari grafik SNA tanggal 27 Feb, kita lihat ternyata polarisasi cluster di sana hampir sama kuatnya. Cluster yang Pro Pemerintah memang lebih besar. Namun, untuk ukuran masifnya berita penangkapan, harusnya cluster MCA jauh lebih kecil. Kenyataannya, cluster MCA tetap besar.
Pada hari-hari berikutnya, kita bisa lihat SNA pada tanggal 28 Feb, 2 Maret, dan 3 Maret. Dalam setiap peta SNA, kita lihat cluster MCA bukannya makin kecil. Tetapi malah makin besar, mengimbangi cluster Pro Pemerintah. Dan bahkan kadang melebihi cluster lawannya.
Untuk tujuan “melemahkan MCA”, peta SNA tersebut memperlihatkan bahwa tujuan ini sulit tercapai. Sejak hari H penangkapan, warganet dalam cluster MCA bukannya malu menyatakan dirinya sebagai anggota MCA lalu bersembunyi, malah sebaliknya mereka diserukan oleh akun HRS untuk tetap maju dan tidak takut dalam pertempuran. Cluster MCA bukannya mengecil, tetapi tetap seimbang melawan cluster Pro Pemerintah, bahkan kadang lebih besar.
STRATEGI MASING-MASING CLUSTER
Cluster Pro Pemerintah berusaha membangun asosiasi “MCA pembuat Hoax” agar tidak dipercaya lagi oleh public. Dan sebaliknya, cluster MCA melakukan kontra narasi dengan menyatakan bahwa “MCA yang asli itu melawan fitnah.”
Cluster Pro Pemerintah membongkar profile mereka yang ditangkap oleh Polri, melalui jejak digital yang mereka kumpulkan. Ada beberapa akun khusus yang bertugas untuk membukanya. Sedangkan cluster MCA melihat titik celah dari tuduhan, serangan dan informasi yang dibuka oleh lawannya, lalu menggunakan celah yang ditemukan untuk menyerang balik. Misal, pernyataan Polri bahwa “salah satu anggota yang ditangkap sudah bergabung dengan MCA sejak 5 tahun yang lalu,” ini dimanfaatkan baik-baik untuk menyerang, dengan kontra narasi bahwa MCA baru ulang tahun sekali.
Polri menunjukkan bahwa MCA memiliki admin salah satunya “M Luth”. Cluster MCA melakukan kontra narasi dengan menyatakan bahwa akun @Cak_Luth itu adalah milik orang yang ditangkap Polri, yang ternyata adalah anggota Jasmev dan PSI. Tidak tahu apakah klaim MCA ini benar atau tidak.
AS dari cluster Pro Pemerintah turut menyebar foto yang memperlihatkan “sosok” mirip salah satu admin MCA yang ditangkap ternyata memiliki “asosiasi” dengan salah satu tokoh (FZ dan PS) dan partai tertentu. Cluster MCA melihat ada celah untuk melakukan kontra narasi, dengan menyatakan bahwa orang itu adalah salah satu fans PS yang rela berjalan kaki jauh-jauh ke Jakarta untuk bertemu dengan PS. Dan celah ini dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh FZ, dengan melaporkan AS ke kepolisian atas hoax/fitnah yang diserbar AS.
Dari tik-tak strategi tempur seperti di atas, akhirnya tak tampak lagi tujuan “memerangi hoax”. Tembakan jadi semakin liar, kemana-mana. Mungkin itu tujuannya?
CLOSING
Menurut saya, penangkapan anggota MCA yang dilakukan oleh Polri ini sebuah pertaruhan serius. Jika Polri bisa membuktikan bahwa MCA adalah sebuah jaringan yang ada penyandang dananya, ada tim inti, operator di lapangan, dan simpatisan, maka ini bisa mendelegitimasi MCA. MCA bisa diasosiasikan oleh public sebagai “pabrik hoax” yang tidak lagi dipercaya.
Namun jika ternyata MCA yang asli itu berbeda (sedikit atau banyak) dari yang dituduhkan oleh Polri, maka MCA akan bisa mendapatkan momentumnya untuk bangkit kembali dan lebih solid.
Hal positif yang saya lihat dari kasus ini adalah soal “perang melawan hoax”. Harusnya ini yang lebih dominan, lebih ditekankan oleh Polri dan semua pihak. Jika ini dilakukan, maka kita bisa bersama-sama, kedua cluster satu pandangan, untuk menghentikan pembuatan dan penyebaran hoax. Efek jera bisa menjadi fungsi control, karena hukum akan ditegakkan oleh Polri terhadap siapapun yang membuat hoax dan fitnah. Siapapun, artinya dari cluster manapun.
Namun yang saya tangkap, perang ini sepertinya lebih condong sebagai “The War on MCA”. Perang pembangunan asosiasi bahwa “MCA = Pabrik Hoax”. Bukan “The War On Hoax”, dimana siapapun, cluster manapun, punya potensi menjadi “Pabrik Hoax.”
Jika ternyata memang ada 2 jenis MCA, karena sifatnya yang terbuka dan tak terkontrol anggotanya, yaitu “produsen kritik” dan “produsen hoax”, maka ini adalah momentum untuk menghabisi ”MCA produsen hoax” dan ke depan MCA bisa lebih serius menjadi “produsen kritik.” Kritik yang cerdas, berbasis data.
Mungkinkah?
Sumber : Ngelmu.co