OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Sabtu, 28 April 2018

Bisnis Ilegal Facebook dan Kerawanan Data Pemilih Pilkada 2018 Pemilu 2019

Bisnis Ilegal Facebook dan Kerawanan Data Pemilih Pilkada 2018 Pemilu 2019


Ilustrasi saham Facebook (Foto: Ist)

10Berita, Jakarta –  Siapa yang tak kenal dengan nama besar Facebook? Situs media sosial yang saat ini penggunaya telah lebih dari 2 Miliar di seluruh dunia, menguasai 2/3 pasar, sangat digemari baik tua-muda, miskin-kaya, sehingga wajar Pendiri Facebook Mark Zuckerberg menjadi salah seorang anak muda yang kaya raya (sebelum kasus ini terungkap Mark tercatat sebagai orang terkaya nomor 4 dunia) di usianya yang saat ini hampir menginjak usia 34 tahun, dengan total kekayaan bersih USD66 Miliar menurut Forbes.

Namun siapa sangka, masyarakat dunia dalam sebulan terakhir ini telah dihebohkan, setelah terungkap bisnis ilegal situs media sosial ini, dengan menjual data penggunanya ke perusahaan bernama Cambridge Analytica untuk memenangkan kampanye Donald Trump. Skandal ini kemudian membuat harga saham Facebook terpangkas sampai sekitar USD40 miliar.

Informasi ini dibocorkan oleh seorang whistleblower bernama Robert Mercer, mantan pegawai Cambridge Analytica yang bekerja sama dengan tim kampanye Trump. Apa yang sebenarnya dilakukan perusahaan tersebut?

Dikutip dari Guardian, data jutaan individual pemakai Facebook itu dikoleksi melalui aplikasi bernama thisisyourdigitalife, dibuat oleh akademisi Cambridge University bernama Aleksander Kogan.

Melalui perusahaannya bernama Global Science Research berkolaborasi dengan Cambridge Analytica, pada awalnya ratusan ribu user dibayar untuk melakukan tes kepribadian di Facebook dan setuju data mereka dikumpulkan untuk kepentingan akademis.

Namun aplikasi itu ternyata juga mengambil data teman-teman Facebook peserta tes, sehingga akumulasinya mencapai puluhan juta data. Kemudian ternyata juga, tujuannya bukan untuk akademis. Dibuatlah sistem yang bisa mengenali profil individual pemilih capres AS, dalam rangka memberikan mereka iklan politik yang sesuai.

Kabar ini membuat para otoritas di Amerika Serikat dan Eropa menyelidiki Facebook. Apalagi Facebook memang sudah lama dicurigai berperan besar dalam mempengaruhi Pemilu AS. Otoritas di Inggris pun melakukan penyelidikan apakah Facebook juga mempengaruhi referendum Brexit.

Skandal kebocoran data yang menimpa sekitar 50 juta pengguna Facebook makin berakibat runyam pada sang pendiri dan CEO, Mark Zuckerberg. Kekayaannya anjlok drastis seiring menurunnya harga saham Facebook.

Sumber : Aktual.com