OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Senin, 09 April 2018

Erdogan, sang Murid Gagal?

Erdogan, sang Murid Gagal?

Oleh: Yusuf Maulana

10Berita, NECMETTIN Erbakan. Jangan abaikan nama politisi islamis kawakan Turki ini. Empat kali partai islamis yang dipimpinnya dibubarkan pemerintah sekuler; tahun 20 Mei 1971 (Milli Nizam Partisi), 12 September 1980 (National Salvation Party), 16 Januari 1998 (Refah). Fadhilah, partai pengganti Refah, pun dibubarkan pada 2000.

“Pembubaran partai hanya masalah kecil dalam perjalanan sejarah politik Turki,” katanya saat Refah dibubarkan penguasa. “Semua pihak hendaknya tenang menghadap keputusan itu.”

Kalangan islamis belum patah arang. Selepas Fadhilah, mereka yang banyak mengambil inspirasi dari gerakan Ikhwanul Muslimin Mesir itu membuat dua partai. Yang masih bercorak puritan ala Erbakan membuat al-Sa’adah Party pada Juni 2001. Yang lebih cair, bahkan menerima sekularisme di negerinya sebagai realita, membentuk Adalet ve Kalkinma Partisi (AKP) pada Agustus 2001. AKP dipimpin oleh sang murid Erbakan, Racip Tayyep Erdogan.

Tak dinyana, rakyat Turki justru lebih memilih AKP sebagai harapan. Rakyat Turki bosan dengan perilaku partai kemalis. Tapi umumnya mereka juga merasa memilih al-Sa’adah sama halnya mengulang pengalaman pembekuan Refah yang berujung kudeta dan gangguan pembanguna.

Erbakan sendiri tidak begitu antusias begitu hasilnya menempatkan AKP sebagai pemenang. Apalagi AKP dianggap tidak islamis. Bahkan Erdogan dianggap sebagai “murid gagal yang kabur dari sekolah lewat pintu belakang”!

Jadi, jangan bayangkan AKP awal-awal serupa dengan gerakan islamis lewat politik ala Erbakan. Soal ini sudah acap dibahas di media dan jurnal. Kemenangan pemilu demi pemilu yang kian kokohkan pengaruh AKP (juga Erdogan), menghadirkan wajah asli AKP yang semula berkompromi dengan realita. Tapi transformasi AKP belakangan ini yang dianggap makin islamis bukan tiba-tiba dan tanpa kalkulasi.

Sayangnya, perubahan AKP bersama Erdogan yang kian menanggalkan corak kompromi pada sekularisme, dan sebaliknya tegas memperjuangkan agenda islamis, tidak sempat disaksikan sang guru: Erbakan. Erbakan wafat pada 27 Februari 2011. Suatu masa saat Erdogan juga belum perlihatkan blak-blakan perseteruan dengan sekutunya sesama islamis: Fethullah Gulen. []

Referensi:
Zulfahmi.2014. Fethullah Gulen; Sang Inspirator Gerakan Damai Masyarakat Sipil di Turki. Jakarta: UI Press Syarif Taghian. 2015 (cetak.2).

Erdogan; Muadzin Istanbul Penakluk Sekularisme Turki. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar

Sumber : Islampos.