OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Selasa, 17 April 2018

Jawaban Cerdas Ustaz Adi Hidayat Soal "Kitab Suci Itu Fiksi"

Jawaban Cerdas Ustaz Adi Hidayat Soal "Kitab Suci Itu Fiksi"


10Berita, Heboh soal pernyataan Rocky Gerung soal kitab suci itu fiksi di sebuah tayangan diskusi televisi, membuat pendakwah Ustaz Adi Hidayat urun suara.

Berikut ia mengatakan lengkap dalam sebuah kajian beberapa waktu lalu:

Saya ingin memberikan nasihat dulu apabila Anda melihat, mendengar atau apapun yang sifatnya memberikan gambaran-gambaran yang tidak jelas, maka Alquran memberikan pandangan kehati-hatian terlebih dahulu sebelum berkomentar.

Karena keterangan nol dokumen menunjukkan suatu hal yang tidak komplit dalam kehidupan. Keterangan tanpa dasar tanpa dalil atau hal-hal yang bias yang disampaikan itu menunjukkan rendahnya kehati-hatian, rendahnya tingkat pengetahuan dan juga kurang kuatnya hubungan kita dengan Allah SWT.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ (٦)

Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan) yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.

Saya perhatikan dari beberapa isu yang muncul ini, disampaikan dengan kaidah-kaidah mantik yang sebenarnya mudah untuk dijawab.

Saya berikan kaidah misalnya begini. Ada dunia nasihat dan ada dunia pemikiran. Kalau kaidah nasihat, kaidahnya berkata " انظر ما قال ولا تنظر من قال . Lihat apa yang disampaikan, jangan lihat siapa yang menyampaikan. Sekalipun nasihat itu datang dari orang yang status sosialnya di bawah kita.

Ada yang punya pendapat, pemikiran atau pernyataan yang disampaikan, misal "Kitab suci itu fiksi". Ini bukan nasihat. Ini bukan masukan. Tapi bagian dari pemikiran atau pendapat. Maka kaidahnya, kita terapkan "man" siapa yang berbicara.

Kenapa ini penting dilihat? Pemikiran itu lahir dari informasi pengetahuan yang masuk. Diramu oleh akal kita. Kemudian jadi konsepsi pemikiran, dikeluarkan oleh lisan dan diberikan tindakan oleh seluruh anggota tubuh kita.  Biasanya latar belakang informasi yang masuk di setiap orang, akan memberikan kesimpulan yang berbeda.

Saya berikan gambaran begini misalnya. Kalau saya sebutkan kata "kuning" apa yang ada di benak Anda? Bendera. Apalagi? Ada yang meninggal Masya Allah. Ada kebakaran, ada yang di sungai, ada yang emas dan ada yang macam-macam.

Seorang yang ditanya satu pemikiran, satu pendapat, satu peristiwa, akan muncul di benaknya sebelum ia merespons. Ini wajar ketika Anda memiliki perbedaan dengan orang lain. Karena setiap orang mungkin akan menerima informasi yang tidak sama. Kalau informasi masuknya sama, maka dipastikan 90 sekian persen apa yang keluar dari lisannya itu pasti akan serupa. Tapi ketika sumber informasinya berbeda, maka kesimpulan di awal dan akhir tidak sama.

Contoh, ketika mengambil kata "kitab suci", maka informasi yang masuk di benaknya adalah ia pernah membaca kitab suci, pernah ada informasi kitab suci yang masuk dalam dirinya lalu dia berikan pendapat kitab suci itu isinya begini. Pertanyaannya; kitab suci apa yang dibaca oleh yang bersangkutan? Ini poinnya.

Orang itu baca Alquran tidak? Orang itu baca firman Allah atau tidak? Atau jangan-jangan keyakinannya berbeda dengan kita. Yang dibaca misalnya dalam kasus kemarin, bukan muslim. Yang dibaca bible misalnya. Ketika membaca itu isinya macam-macam, ada cerita, isinya ada sekian, ada sekian. Lalu disimpulkanlah kitab suci itu fiksi. Apa yang dimaksud dengan kitab suci ini? Kitab yang ia baca, yang masuk di benaknya.

Kalau dia baca Alquran mungkin akan berbeda keterangannya karena mustahil akan ditemukan fiksi dalam Alquran. Ketika Alquran menceritakan Nabi Adam, fiksi bukan? Fiksi itu artinya bukan nyata. Nabi Adam itu ada. Jika mengadakan Nabi Adam itu fiksi berarti Anda pun fiksi. Nggak mungkin ada Anda kalau tidak ada Nabi Adam. Dan tidak ada yang mengatakan di dunia ini Nabi Muhammad itu fiksi bahkan diakui oleh non-Muslim sekali pun. Kalau Nabi Muhammad bukan fiksi maka, semua yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. beritanya bukan fiksi.

Maka, jika ada yang berbicara bahwa Kitab Suci itu fiksi maka dia sedang tidak membicarakan Alquran.

Sumber : bersamadakwah.net