OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 06 Mei 2018

Dia adalah "Presiden Republik Indonesia" yang Tak Dianggap dan Dilupakan Sejarah  

Dia adalah "Presiden Republik Indonesia" yang Tak Dianggap dan Dilupakan Sejarah

 


10Berita, Dia pernah jadi “Presiden Republik Indonesia”, namun jasa dan kiprahnya seperti “dipaksa” dihilangkan dan dilupakan dalam catatan sejarah.

Disaat negara dalam keadaan genting dan terancam bubar, ia datang menyelamatkan. Namun setelah marabahaya berlalu, peran pentingnya seperti tak dianggap dan terlupakan.

Foto : www.malangtoday.net/malang-raya/syafrudin-prawiranegara-sang-presiden-ke-2-ri-yang-terlupakan/

Dia adalah Mr. Syafruddin Prawiranegara, pria sederhana yang pernah menjadi Menteri Kemakmuran di era Soekarno ini, sesungguhnya pernah memimpin Republik Indonesia ini, selama 8 bulan lamanya (Desember 1948 – Juli 1949), disaat negara dalam keadaan darurat dimana Presiden dan Wakil Presidennya ditangkap, dan ibukota negara dikuasai oleh Belanda.

Soekarno - Hatta ditangkap dan ditawan

Sebagaimana kisah yang dirangkum dari www.liputan6.com (19/12/2017), dan dari berbagai sumber lain, bermula pada 19 Desember 1948 pagi, saat Pasukan Belanda menyerbu Yogyakarta, ibukota RI saat itu, menangkap serta menjadikan Soekarno dan Hatta sebagai tawanan, dan diasingkan ke Brastagi dan kemudian dipindah ke pulau Bangka.

Foto : www.liputan6.com/global/read/2681821/19-12-1948-belanda-gempur-yogya-sukarno-hatta-ditangkap

Belanda yang berambisi untuk menguasai kembali Indonesia dan tak mengakui Proklamasi RI di tahun 1945 pun sudah diambang kemenangan. Tertangkapnya 2 orang pemimpin tertinggi, Soekarno dan Hatta, serta dikuasainya ibukota negara kala itu Yogyakarta, sudah dianggap cukup untuk menyatakan negara Indonesia bubar.

Namun Syafruddin Prawiranegara bertindak cepat, ia yang sedang berada di Kota Bukittinggi, Sumatera Tengah (sekarang Sumatera Barat), melalui corong radio segera mengumumkan berdirinya Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dan anggota kabinetnya dengan Bukittinggi sebagai “Ibu kota” pemerintahannya.

Foto : www.indonesia-zaman-doeloe.co.id/2014/03/soekarno-hatta-dan-agus-salim-ditawan.html

Pengumuman Syafruddin itu membuat dunia mengetahui bahwa negara RI masih ada dan tetap berdiri sebagai negara berdaulat.

Hal itu membuat Belanda kesal dan marah bukan kepalang, dan Syafruddin “sang Presiden” atau yang ia istilahkan sendiri sebagai Ketua PDRI, beserta kabinetnya pun jadi target buruan utama militer Belanda.

Bukittinggi dikepung Belanda

Bukittinggi jadi target incaran serangan Belanda, kedudukkan PDRI tak aman. Maka Syafruddin Prawiranegara “melarikan” pusat pemerintahan berpindah-pindah ke kampung dan pelosok Sumatera Barat.

Belanda menguasai Jam Gadang Bukittinggi (Foto : www.facebook/ groups/ sumaterabarattempodulu&kini)

Dari kampung dan pelosok, instruksi-instruksi “Presiden Darurat” di sampaikan melalui radio diteruskan kepada Jendeal Sudirman yang memimpin TNI melakukan perang gerilya di Jawa.

Tercatat desa dan kampung yang menjadi ibukota PDRI setelah pindah dari Bukittinggi adalah Halaban, Suliki, Sumpur Kudus, Bidar Alam dan Koto Tinggi.

Sementara itu, kontak radio dengan perwakilan RI di India terus dilakukan, untuk memberitakan kepada seluruh dunia bahwa Indonesia masih ada, dan menyebarluaskan informasi pelanggaran yang dilakukan oleh Belanda.

Tak terhitung jumlah rakyat Sumatera Barat yang menjadi korban dalam usaha melindungi para pemimpin PDRI dari kejaran Belanda. Para pemuda ditangkapi dan sebagian dieksekusi, kampung-kampung di bakar, harta benda masyarakat diobrak-abrik militer Belanda yang meradang atas perlawanan PDRI.

Pasukan Belanda menyerbu kampung-kampung di Sumatera Barat mengejar pemimpin PDRI (Foto : www.facebook/ groups/ sumaterabarattempodulu&kini)

Masyarakat bergotong-royong untuk memenuhi kebutuhan logistik pemimpin negara di daerah pedalaman, sebagian lagi menjadi pengawal dan pemantau situasi untuk melaporkan situasi.

Pemancar radio yang beratnya ratusan kilo digotong bersama-sama mengikuti Syafruddin dan para pemimpin PDRI lainnya yang berpindah-pindah tempat, masuk keluar hutan belantara menghindari kejaran Belanda.

Perjuangan 8 bulan di hutan berakhir, kembali ke Yogyakarta

Hingga akhirnya perjuangan PDRI membuahkan hasil, setelah dunia Internasional melakukan intervensi atas ulah dan aksi Belanda. Belanda dipaksa untuk duduk di meja perundingan Roem-Royen.

Pasukan Belanda mengejar hingga ke pelosok (Foto : www.facebook/ groups/ sumaterabarattempodulu&kini)

Hasil perundingan itu memerintahkan Belanda untuk mengembalikan seluruh daerah yang didudukinya dalam Agresi Militer, mengembalikan Yogyakarta ke tangan RI serta membebaskan para pemimpin RI yang ditawan, Soekarno, Hatta dan lainnya.

Hasil gemilang ini menyebabkan Soekarno dan Hatta dapat kembali ke Yogyakarta sebagai Presiden dan Wakil Presiden yang syah. Di sisi lain, hasil ini sekaligus juga mengakhiri tugas dan perjuangan “Presiden Darurat” di dalam hutan belantara di tanah Minangkabau.

Dan tibalah saatnya, pada 13 Juli 1949, 8 bulan setelah menjalankan pemerintahan negara dari dalam hutan dan pelosok kampung di Sumatera Barat, Syafruddin Prawiranegara beserta rombongan PDRI, mendarat ke Yogyakarta.

Pemimpin PDRI kembali ke Yogyakarta (Foto : www.hariansejarah.id/2017/05/pdri-penjaga-eksistensi-ri.html)

Disana beliau mengembalikan mandat kekuasaannya yang dipegangnya sebagai Presiden “darurat” Republik Indonesia kepada pemangku kekuasaan yang syah, Ir. Soekarno dan Drs. Moh Hatta. Tunai sudah perjuangan beliau dalam menyelamatkan negara yang dalam keadaan “sekarat”.

Jasanya dilupakan sejarah

Namun hari ini, generasi masa sekarang tak mengenal nama beliau sebagai salah seorang yang pernah menjadi “Presiden Republik Indonesia”. Nama dan perjuangannya luput dari catatan buku-buku sejarah. Tak ada pengakuan nama Syafrudin Prawiranegara masuk dalam daftar orang yang pernah menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia.

Markas PDRI (Foto : www.padangkita.com/serba-serbi-pdri-hatta-dan-singapura/)

Hingga hari ini, kisah heroik perjuangan seorang Syafruddin Prawiranegara, dan pengorbanan jiwa dan harta rakyat Sumatera Barat dalam menyelamatkan “kelangsungan hidup” Republik Indonesia, hanya dikenang dalam sunyi dan diam.

Inilah mata rantai sejarah yang terlupakan dan terabaikan.

Sumber Referensi :

www.liputan6.com/news/read/3199697/sjafruddin-prawiranegara-presiden-darurat-ri-yang-terlupakan

www.daerah.sindonews.com/read/914946/29/syafruddin-prawiranegara-presiden-207-hari-yang-terlupakan-1414147927

Www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/11/02/27/166399-siapa-sih-syafruddin-prawiranegara-sosok-presiden-ri-kedua

www.malangtoday.net/malang-raya/syafrudin-prawiranegara-sang-presiden-ke-2-ri-yang-terlupakan/

www.nasional.kompas.com/read/2014/12/14/18551151/PDRI.dan.Tonggak.Revolusi

www.idsejarah.net/2015/02/pemerintahan-darurat-republik-indonesia.html

www.tirto.id/syafruddin-prawiranegara-menyelamatkan-republik-lalu-membelot-cEwq