OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Rabu, 23 Mei 2018

Gadis-gadis Swedia Diminta Selipkan Sendok di Celana Dalamnya untuk Hindari Perkawinan Paksa

Gadis-gadis Swedia Diminta Selipkan Sendok di Celana Dalamnya untuk Hindari Perkawinan Paksa

 

10Berita, Perkawinan paksa serta mutilasi alat kelamin mengancam para wanita Rusia, mereka dihimbau menyelipkan sendok celana dalamnya untuk mencegahnyta.

gAdis-gadi Rusia dihimbau untuk selipkan sendok di celana dalamnya.

 

Intisari-Online.com - Pejabat sebuah kota di Swedia menghimbau para wanita di sana untuk menyelipkan sendok ke dalam pakaian dalam sebelum melintasi sistem keamanan bandara.

Khususnya pada para wanita yang takut di bawa keluar negeri karena dipaksa menikah atau takut akan mengalami kejahatan fisik seperti mutilasi alat kelamin perempuan (FGM).

Staf bandara di Gothenburg telah diberitahu bagaimana menanggapi keadaan seperti itu, kata Katarina Idegard yang bertanggungjawab menangani kekerasan berbasis kehormatan untuk kota terbesar kedua Swedia itu.

"Sendok akan memicu detektor logam ketika Anda melewati pemeriksaan keamanan," katanya.

"Anda akan disisihkan tidak diperkenankan lewat, kemudian Anda dapat berbicara dengan staf secara pribadi," tambahnya.

Sejauh ini belum ada data resmi mengenai jumlah wanita yang dibawa ke luar negeri oleh keluarga maupun oknum tidak bertanggungjawab untuk melakukan pernikahan paksa.

Namun, Idegard mengatakan hotline nasional telah menerima 139 panggilan pada tahun 2017 lalu tentang pernikahan paksa.

Para aktivis penyelamat mendorong kota-kota lain untuk mengikuti jejak Gothenburg dan mengadopsi inisiatif sendok.

Melansir scmp.com, ide ini berasal dari badan amal Inggris, Karma Nirvana, yang mengklaim taktik itu telah menyelamatkan sejumlah wanita Inggris dari perkawinan paksa.

Badan amal itu mengatakan, menyembunyikan sendok di celana dalam mereka adalah cara yang aman bagi para gadis untuk memberitahu pihak berwenang.

Melaporkan langsung pernikahan paksa seringkali sulit dilakukan para wanita ketika mereka mendapat tekanan dari keluarganya.

Perkawinan paksa dan FGM adalah ilegal di Swedia, bahkan jika itu dilakukan di luar negeri.

Pada 2016, seorang ayah dihukum karena memaksa putrinya untuk menikah setelah menipu anaknya untuk melakukan perjalanan ke Afghanistan.

Dalam kasus lain pada tahun 2014, seorang gadis berusia 14 tahun dibawa ayahnya ke Ethiopia untuk menikahi sepupu yang lebih tua.

Dia diselamatkan setelah meminta konselor sekolah untuk meminta bantuan melalui Facebook.

Idegard menambahkan, studi tahun 2015 menemukan hingga 38.000 wanita yang tinggal di Swedia mungkin telah mengalami FGM.

Korban termasuk wanita yang lahir di Somalia, Eritrea, Ethiopia, Mesir dan Gambia.

 

Sumber : Intisari