OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Sabtu, 12 Mei 2018

Kemenangan Mahathir Ibarat “Melayu Spring” Akan ke Indonesia

Kemenangan Mahathir Ibarat “Melayu Spring” Akan ke Indonesia


10Berita – Kemenangan Mahathir Mohamad di Pemilu Malaysia akan menggelorakan “Melayu Spring” di Indonesia.

Begitu tegas Direktur Sabang Merauke Circle (SMC) Syahganda Nainggolan dalam Focus Group Discussion (FGD) yang digelar di Jakarta, Jumat (11/5).

Dia menjelaskan Mahathir merupakan tokoh yang dikenal dengan gagasan Melayu harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri sejak puluhan tahun lalu.

Sementara situasi di Indonesia saat ini juga tengah dalam ancaman gelombang kehadiran para pekerja asing, yang mengancam pekerja lokal.

“Situasi Indonesia dan Malaysia mirip. Ada ketimpangan sosial dan besarnya jumlah tenaga kerja RRC yang semakin menakutkan,” tegas Syahganda.

Dia yakin kemenangan Mahathir, yang didukung Anwar Ibrahim, akan menginspirasi perjuangan yang sama di kalangan para aktivis di Indonesia.

Gelombang Melayu Spring, sebagaimana Arab Spring yang terjadi di kawasan Timur Tengah akan melanda Indonesia. Apalagi, Indonesia akan menggelar pemilu presiden pada tahun depan.

“Pengaruh ‘Melayu Spring’ ini akan mirip dengan ‘Arab Spring’ beberapa waktu lalu, yang dimulai dengan perubahan revolusioner di Tunisia, lalu melanda negara negara Arab,” tukas bakal caleg PAN itu.

FGD bertajuk “Mengapa Mahathir Menang?” yang diselenggarakan SMC ini sengaja digelar untuk merespon kemenangan Mahatir Mohammad dalam Pemilu Malaysia.

Selain Syahganda, hadir juga dalam FGD ini pendiri Islamic Network (Isnet) di Amerika, Bahctiar Miun, Dosen Studi Pembangunan ITB Jahja Hanafi, seorang ulama Farhat Umar, dan mantan anggota DPR RI Djoko Edhi Abdurrahman.

Dalam kesempatan ini, Djoko Edhi mengaku yakin bahwa kesamaan situasi geopolitik antara Malaysia dan Indonesia, yang didominasi asing akan menghasilkan perlawanan serupa.

Edhi berharap tokoh-tokoh perubahan yang menginginkan Indonesia terbebas dari dominasi asing mampu membangun kebersamaan, seperti masa Reformasi 98 yang dikenal sebagai Kelompok Ciganjur.(kl/)

Sumber :rakyatmerdeka