Malaysia Sudah, Indonesia Tahun Depan
10Berita – Dibilang senja, ya memang senja usianya, tapi nampaknya tak menghalangi rakyat Malaysia untuk menentukan pemimpin barunya, Mahathir Mohamad politisi gaek berusia 93 tahun kembali terpilih sebagai perdana menteri Malaysia pada pemilu ke-14 kemarin, setelah meletakkan jabatannya sebagai penguasa selama 22 tahun sejak 1981-2003 lalu.
Memang beberapa tahun terakhir ini Malaysia sedang dihantam isu korupsi yang luar biasa, bagaimana tidak pasalnya diduga ada sejumlah uang yang nilainya kurang lebih setara dengan hampir sepuluh trilyun rupiah masuk ke rekening pribadi perdana menteri Najib Razak yang sedang menjabat.
Yang menarik bila kita lihat sejarahnya, Najib Razak ini merupakan ‘anak didik emas’ nya Mahathir Mohamad, bahkan Najib Razak menjadi pemimpin partai yang didirikan oleh Mahathir Mohamad, Partai United Malays National Organisation (UMNO), yang pada akhirnya UMNO lebih memilih berpihak kepada pemimpinnya, ketimbang pada yang mendirikannya.
Kasus yang menggoncang kepemimpinan Najib Razak, membuat gerah Mahathir Mohamad sang guru politiknya Najib, kasus ini tidak main-main, karena diketahui 1Malaysia Development Berhad (1MDB), badan investasi negara yang didirikan oleh Najib Razak, sebagai bagian dari Program Transformasi Ekonomi, selama enam tahun beroperasi, 1MDB dilaporkan memiliki utang hingga 42 miliar ringgit atau setara Rp149 triliun, memberikan gambaran buruk pertumbuhan ekonomi Malaysia.
Hingga akhirnya, pada 2 Juli 2015, Wall Street Journal merilis berita yang mengindikasikan ada aliran dana sebesar Rp9,5 triliun dari 1 MDB ke rekening pribadi Najib. Dan itulah awal yang membuat Mahathir Mohamad geram terhadap kondisi bangsanya. Tentu geram juga ingin menghentikan langkah anak didiknya tersebut, sekalipun Najib Rajak merupakan darah biru politik Malaysia, karena ayah dan pamannya merupakan mantan perdana menteri malaysia juga. Tapi, Bukan Mahathir Mohamad namanya bila dia tinggal diam.
Berkali-kali dipersekusi saat melakukan orasi, tapi tak menghentikan langkah Mahathir Mohamad untuk menyelamatkan negeri, berkolaborasi dengan mantan rivalnya Anwar Ibrahim, yang memimpin gerakan oposisi di negeri jiran itu, akhirnya, bisa meruntuhkan koalisi Barisan Nasional (BN) yang sudah bertengger menjadi penguasa selama lebih dari lima puluh tahun terakhir.
Banyak pelajaran dari pemilu Malaysia yang baru saja selesai dihelat, diantaranya, jadi petahana itu tak perlu jumawa. Lalu, usia tak dapat menghalangi siapa pun orang baik yang siap menyelamatkan keterpurukan bangsanya, oposisi yang berpihak pada rakyat pada akhirnya akan diberi mandat oleh rakyat, dan tentu saja yang perlu sangat kita perhatikan juga, bagaimana publik Malaysia dewasa dalam menentukan pilihan terhadap pemimpin harapan mereka. Sekalipun melawan petahana, pada akhirnya, mandat rakyat juga yang utama.
Nah, Itu malaysia, tahun depan giliran kita, Indonesia. Menentukan pemimpin terbaik bangsa, jangan lihat usia, tapi lihat komitmennya memajukan bangsa! []
Penulis: Kawendra Lukistian
Sumber :swa medium, Eramuslim.com