Peta Politik Berguncang. SBY Keluarkan Pernyataan Ini
10Berita, Peta politik jelang gelaran Pemilihan Presiden 2019 masih belum dapat dipastikan, Apakah akan menyajikan pertarungan Jokowi dengan Prabowo, sama seperti tahun 2014. Koalisi Jokowi mungkin yang dianggap sudah solid. Sementara perdebatan dukungan PKS terkait cawapres kepada Prabowo masih belum selesai. Sementara PAN dan Demokrat masih belum terang-terangan mengambil keputusan ikut yang mana.
Referensi pihak ketiga
Sikap wait and see kedua partai ini cukup beralasan.
Pertama, PAN masih menjajagi kemungkinan bergabung dengan koalisi Prabowo, seandainya usulan agar Zulkifli Hasan menjadi capres pendamping Prabowo diterima. Sedangkan Demokrat mencoba mendekati PKS melalui skema pertemuan dengan SBY dan Sohibul Iman. Langkah PAN dan Demokrat terjadi karena melihat koalisi Gerindra dan PKS yang belum solid, ditambah adanya deklarasi Anis Matta sebagai calon presiden dari PKS, beberapa waktu lalu.
Kedua, sulitnya Demokrat merapat ke Jokowi mengingat belum membaiknya hubungan individu SBY dan Megawati.
Ketiga, koalisi gemuk Jokowi masih rapuh karena masih tarik ulur antara partai pendukung yang menyodorkan calon pendamping Jokowi. Utamanya PKB dan PPP.
Keempat, pengumuman calon presiden dan calon wakil presiden pada Agustus 2018, masih cukup waktu bagi parpol untuk bermanuver.
Dan seperti diberitakan di berbagai media, belum lama ini Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengeluarkan pernyataan yang cukup mengejutkan.
Referensi pihak ketiga
"Saya akan pasangkan nanti, capres-cawapres yang mengerti keinginan rakyat. Insya Allah nanti ada pemimpin baru yang amanah, cerdas, dan memikirkan rakyat banyak," ujar SBY pada pertemuan di hadapan ratusan ulama, santri, dan masyarakat Kota Cilegon, Banten Minggu malam (22/4/2018).
Pernyataan SBY diungkapkan sebelum rencana pertemuan dirinya dengan Sohibul Iman. Ini dapat diartikan bahwa, pertama, Demokrat mendukung #2019GantiPresiden, dan tidak akan merapat ke Jokowi, walaupun mereka mempunyai kader potensial, Agus Harimurti Yudhoyono. Kedua, Demokrat merapat ke koalisi Prabowo, walaupun kemungkinannya kecil dengan banyak penyebab. Ketiga, muncul poros baru, seandainya PKS dan Demokrat berkoalisi ditambah PAN. Suara ketiga parpol ini cukup untuk mencapai ambang batas 20 persen mengusung capres.
Referensi pihak ketiga
Inilah yang dapat mengguncang peta politik nasional jelang pilpres 2019. Seandainya kemungkinan ketiga terjadi lalu dimana Gerindra? Berkaca pada gelaran pilkada DKI sebelumnya, Gerindra bisa merapat ke PKS, Demokrat dan PAN. Dengan mengorbankan Prabowo? mungkin saja, karena sejatinya masih terlihat kegamangan Prabowo saat menyatakan dirinya siap diusung sebagai capres oleh Gerindra.
Dengan memilih sosok pasangan capres dan cawapres yang tepat, dan dapat merebut hati masyarakat Indonesia, bukan tak mungkin koalisi Demokrat, PKS, Gerindra dan PAN menjadi penantang yang sepadan dengan koalisi Jokowi. Kalau ini terjadi maka babak baru pemilihan presiden akan hadir, bukan rekaman ulang episode 2014, Jokowi versusPrabowo.
Sumber : detikcom