OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Kamis, 14 Juni 2018

Habis Jumawa, Terbitlah Mudik Macet

Habis Jumawa, Terbitlah Mudik Macet


10Berita, LEBARAN dan mudik merupakan dua sisi dalam satu mata uang logam. Keduanya sangat identik dan tak bisa dipisahkan. Mudik Lebaran tahun 2018 nampaknya agak sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Iklim ‘kompetisi’ jelang pemilihan presiden mempengaruhi cita rasa mudik tahun ini.

Beberapa hari menjelang arus mudik, spanduk ‘tol milik Jokowi’ bertebaran di beberapa ruas tol. Isi kalimat spanduk tersebut menyindir para pendukung tagar #2019GantiPresiden. Kemudian, tak ingin kehilangan momen, para pendukung rezim yang berkuasa saat ini menebar puji-pujian manakala melihat arus mudik berjalan lancar. Padahal arus mudik masih tersisa H-2.

Mohammad Guntur Romli, politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) termasuk pihak yang tak tahan memuji Jokowi. Dalam akun Twitter @GunRomli, 12 Juni 2018, ia menulis, “Selamat tinggal cerita horor mudik, kini #mudik2018 lancar jaya. #TerimaKasihJokowi #MudikAsyik.”

Kemudian, Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto memberikan pujian setinggi langit di sela-sela pelepasan mudik bersama PDI-P di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Selasa (12/6/2018).

Ia menyebut arus mudik tahun ini paling lancar dalam 30 tahun terakhir. “Pemerintahan Bapak Jokowi secara khusus telah menyiapkan sistem transportasi massal yang makin bagus dengan pembangunan infrastruktur yang begitu masif dan gencar. Kami yakin mudik tahun ini paling lancar dalam 30 tahun terakhir,” kata Hasto seperti diberitakan Kompas.


Tak mau ketinggalan, Ali Mochtar Ngabalin politisi Golkar yang baru diangkat sebagai Staf Khusus Presiden Jokowi ini memuji-muji. Dikatakan Ngabalin, lancarnya (sementara) arus mudik adalah prestasi Jokowi. Ia pun menilai Jokowi layak melanjutkan periode keduanya sebagai presiden.

Jumawa Bawa Petaka

Memang kalau dilihat pada pemberitaan berbagai media massa, arus mudik sebelum H-2 Lebaran lalu lintas berlangsung lancar. Lancarnya lalu lintas membuat para pemudik yang berangkat ke kampung halaman sebelum H-2 dapat memangkas waktu tempuh.

Namun, justru kondisi horor arus mudik baru terjadi pada H-2. Pemudik yang memilih mudik H-2 kebanyakan adalah para pedagang, karyawan swasta. Tak seperti PNS, mereka kebanyakan baru mendapat cuti pada H-2.

Pada H-2 Lebaran tak hanya ruas tol, jalan arteri pun mengalami kemacetan. Kalau dua tahun lalu macet total baru terjadi di Brebes, Jawa Tengah atau kita mengenalnya dengan tol Brexit, pada Lebaran 2018 ini pemudik sudah merasakan macet total puluhan kilometer di tol Cikampek.

Sangat disayangkan, begitu fakta arus mudik macet disaksikan di depan mata, pihak-pihak yang baru saja memuji “mudik lancar” terkesan bersembunyi. Mereka seperti gagap, diam seribu bahasa ketika diperlihatkan fakta arus mudik macet seperti tahun-tahun sebelumnya. Jangankan kritik terhadap rezim, meminta maaf karena terlalu dini memuji pun tidak dilakukan.


Pada kasus ini sangat terasa dipertontonkan sikap kejumawaan. Arus mudik dan arus balik belum juga selesai,  namun para pendukung rezim sudah berbangga diri setinggi angkasa. Jumawa adalah perilaku yang dapat menimbulkan petaka.

Betapa banyak klub sepakbola yang gagal memenangkan pertandingan karena sikap jumawa, merendahkan lawan, merendahkan persoalan. Masih ingat kisah kapal mewah Titanic yang diklaim kapal super aman? Sikap jumawalah yang membuat kapal Titanic dikandaskan kemudian tenggelam di dasar laut.*

Sumber :Voa-islam.com