OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Senin, 25 Juni 2018

Ketapel Kembali Jadi Senjata Perjuangan Pemuda Palestina

Ketapel Kembali Jadi Senjata Perjuangan Pemuda Palestina


10Berita – Berhadapan di garis terdepan dengan pasukan penjajah Zionis di timur kamp pawai kepulangan di Khuza’ah, timur Khanyunis, wilayah selatan Jalur Gaza, seorang wanita Palestina mengenakan jilbab hijau dan menyembunyikan wajahnya dengan sorban kotak-kota dan bendera Palestina, melesakkan batu dengan “ketapel” ke arah tempat konsentrasi pasukan penjajah Zionis yang berada di balik penghalang dan paga permisah di perbatasan timur Jalur Gaza.

Sesekali mundur ke belakang bumbungan asap ban-ban mobil yang dibakar dan berpindah ke sisi lain, kemudian kembali melontaskan batu di tengah-tengah teriakan takbir, tidak peduli dengan desingan peluru dan meriam gas yang berjatuhan ditembakkan pasukan penjajah Zionis.

Ketapel telah berubah menjadi salah satu senjata perjuangan rakyat Palestina yang paling penting dalam menghadapi pasukan penjajah Zionis Israel di Tepi Barat  dan Jalur Gaza.

Ketapel ini muncul pertama kali digunakan sebagai alat perjuangan pada intifadhah batu tahun 1987. Namun penggunaannya tidak lagi menonjol dalam berbagai konfrontasi yang berjadi dalam tahun-tahun terakhir, setelah perlawanan Palestina menggunakan senjata api dalam intifadhah al-Aqsha tahun 2000. Dan ketapel benar-benar hilang penggunaannya di Jalur Gaza bersamaan dengan penarikan pasukan penjajah Zionis dari Jalur Gaza pada September 2005, yang ada adalah konfrontasi militer menggunakan senjata api dan roket.

Halaman selanjutnya →

Halaman 1 2

Kembali berkecamuknya perlawanan rakyat di Jalur Gaza, melalui pawai kepulangan akbar yang dimulai pada 30 Maret 2018, dan sebelumnya gelombang konfrontasi yang meledak setelah meletusnya intifadhah al-quds pada Oktober 2015, di antara keduanya adalah gelombang kemarahan khusus terkait dengan deklarasi Trump yang mengakui al-Quds sebagai ibukota negara penjajah Zionis Israel, telah membuka penggunaan semua sarna perjuangan rakyat, di antaranya adalah penggunaan ketapel dan yang sejenisnya serta ban-ban mobil yang dibakar.

Selain di Jalur Gaza, ketapel juga digunakan dalam konfrotnasi melawan pasukan penjajah Zionis di Tepi Barat. Karena konfrontasi sering terjadi di dekat pos-pos militer dan di wilayah yang relatif terbuka.

Menurut kolomnis dan analis politik Palestina Adnan Abu Amir. Penggunaan ketapel ini relatif tidak terlihat. Hal ini yang membingungkan pasukan penjajah Zionis. Meski tidak mematikan, namun batu yang dilontarkan bisa mengakibatkan luka, bahkan bisa parah apabila dilontaskan dari dekat. Lontaran batu bisa mencapai 70-120 meter.

Alat ini memang tergantung pada kekuatan lontaran dan jenis karet yang digunakan. Bila karet yang digunakan memiliki kelenturan bagus dan kuat, kadang bisa menjaungkau lebih jauh. Semakin dekat jarak lontaran, maka semakin keras dan kuat mengenai sasaran.

Abu Amir menegakan bahwa digunakannya kembali sarana lama dalam perlawanan ini adalah sebagai jawaban komprehensif bahwa setiap kali penjajah Zionis berusaha untuk menggunakan taktik baru, maka perlawanan terus mengnintai, untuk memotong jalan dengan menciptakan metode baru, bahkan jika itu adalah metode lama.

Dia menambahkan, hal ini juga menjelaskan banyaknya inovasi-inovasi kecil, penciptaan pendahuluan untuk inovasi-inovasi besar, dan yang lebih penting adalah turunnya rakyat ke arena intifadhah, yang pada mulanya tidak memiliki apa-apa kecuali kemauan untuk melakukan konfrontasi. (Pip)

Sumber :Eramuslim