OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Rabu, 27 Juni 2018

Menyesal Kenal Sudradjat

Menyesal Kenal Sudradjat


10Berita – Saat ini tahapan Pilgub Jawa Barat sudah memasuki masa tenang. Peperangan telah usai dan tinggal menunggu perolehan hasil suara. Saya tidak akan kampanye memilih Sudrajat-Syaikhu untuk menghormati masa tenang. Saya hanya ingin sedikit mengenang momen perkenalan dengan Sudrajat.

Sejak ditetapkan Partai Gerindra sebagai bakal calon Gubernur Jawa Barat, saya agak kesulitan mencari latar belakang dan sepak terjangnya. Saya googling “Jenderal Sudrajat” yang muncul malah mantan Panglima ABRI Almarhum Edi Sudrajat. Saya googling “Sudrajat Jawa Barat”, yang muncul malah Ajat Sudrajat mantan pemain Persib. Dalam hati berkata, “Siapa sih orang ini…?”.

Hingga akhirnya kami janjian dan bertemu di salah satu tempat ngopi. Kala itu Sudrajat ditemani istrinya Sally Salziah. Di saat calon gubernur lain sibuk blusukan kesana kemari, Sudrajat malah santai mengisi waktu bersama istri. Di saat calon lain berlomba eksis di sosial media, Sudrajat tak kunjung membuat akun pribadi. Sudrajat benar-benar cagub yang aneh.

Dari pertemuan itu saya baru tahu latar belakangnya. Dia seorang purnawirawan bintang dua lulusan kampus ternama Harvard University, serta pernah menjabat berbagai posisi strategis. Mulai dari Kapuspen TNI, Dirjen Strategi Pertahanan Kemenhan, atase pertahanan di London dan Washington, hingga duta besar Indonesia di China.

Sudrajat bercerita bagaimana strategi dan proses perjalanan China dari negara biasa menjadi negara yang maju secara ekonomi dan ditakuti dunia. Sudrajat memahami konsep itu. Dan dia ingin menerapkannya di Jawa Barat. Bagaimana caranya? Tentu tidak bisa dipaparkan dalam debat cagub yang hanya diberi durasi bicara dua menit.

Di Harvard University dia belajar tentang manajemen pemerintahan sipil. Pengetahuan tentang good goverment dan good governance dia kuasai. Buktinya dari sekian banyak jabatan strategis yang pernah dia duduki, tidak ada satu pun yang meninggalkan cacat korupsi.

Untuk ukuran jenderal yang pernah menjadi duta besar dan pernah bertugas di benua Eropa, Amerika dan Australia, idealnya Sudrajat menjadi orang yang bergelimang harta. Namun dia memilih biasa saja. Malahan Sudrajat menjadi calon gubernur termiskin dibanding para kompetitor lainnya yang secara usia lebih muda.

Bagi saya, Sudrajat pantas rasanya bila menjadi figur yang belagu dan sombong bila dilihat dari sederet prestasi dan sepak terjangnya. Tapi dia tetap menjadi pribadi yang rendah hati, pendengar yang baik saat berdiskusi, dan tidak pernah menggurui. Karakter urang Sunda pisan.

Sudrajat matang secara pemikiran, pengalaman dan kemampuan. Bisa berbahasa China, fasih berbahasa Inggris, halus saat berbahasa Sunda, dan sistematis bila berbahasa Indonesia. Dan yang pasti dia sangat mengerti ajaran ayat suci dan ajaran ayat konstitusi. Setiap diskusi dengan Sudrajat, selalu ada ilmu baru yang didapat.

Jawa Barat bukan Kota Bandung yang hanya dihuni dua juta jiwa atau Kabupaten Purwakarta yang hanya berpenduduk satu juta. Jawa Barat memiliki 46 juta jiwa dengan beragam latar belakang dan persoalan. Jawa Barat tidak pantas dikelola si “akang” yang baru kemarin sore. Jawa Barat harus dikelola oleh seorang “bapak” yang berpengalaman, bijak, arif dan tegas.

Sudrajat memang tidak jago akting seperti Deddy Mizwar. Sudrajat juga tidak eksis dan narsis di sosmed seperti Ridwan Kamil. Sudrajat selalu tampil orsinil apa adanya. Bagi dia, ketulusan dan kejujuran jauh lebih penting dari sekadar pencitraan. Terlebih, di Pilgub Jabar ini Sudrajat bukan orang yang ngebet mencalonkan, melainkan rela dicalonkan.

← Halaman sebelumnya Halaman selanjutnya →

Halaman 1 2 3

Hampir setengah tahun saya mengenal Sudrajat. Kesimpulannya, saya menyesal mengenal Sudrajat. Menyesal mengapa baru sekarang saya mengenal Sudrajat. Menyesal mengapa bukan dari dulu figur seperti ini muncul ke permukaan. Mutiara terpendam dari Tanah Pasundan.

Sebagai ganjaran dari penyesalan yang saya alami, saya ikhlas berjuang untuk memenangkan Sudrajat. Kenapa? Karena saya tak ingin warga Jawa Barat ikut menyesal tak memilih Sudrajat. Seorang yang sangat nyunda, nyakola, nyantri jeung nyantika. Seorang putra daerah dengan kualitas internasional.(kl/)

Penulis: TB Ardi Januar

Sumber : swamedium, Eramuslim.com