[Pilgub Jabar] Deklarasi Kemenagan Dini: Opini VS Opini
10Berita, Pidato RK beberapa jam pasca pilkada selesai, mengawali kisruh dugaan pemenang pilkada Jabar. Mengumumkan diri seolah pemenang dengan jumawanya. Mengundang polemik di sosmed diam-diam. Dan sangat berpotensi menggeser hasil Real Count C1. Inilah kejahatan politik berbungkus kesejukan kata-kata. Enak kan terdengarnya? Tapi tajam dan membunuh lawan secara mematikan lewat opini yang dibangun!
Asal tahu saja, semua hasil survey Quick Count sampai dengan hari ini masih perhitungan berdasarkan exit poll. Jikapun bersumber dari data C1, tidak ada survey yang bisa dipercaya sepenuhnya. Surveyor Pilkada hanya mengejar target pemesanan dari pemilik rupiah.
Kalau tadi kejahatan politik, kalau ini kejahatan intelektual namanya. Mengolah pakai ilmu statistik, menganggap semua orang buta dan tolol statistik. Secara psikologis orang melihat angka perolehan hitung sementara besar, langsung percaya dialah pemenangnya. Akhirnya statistik sebagai khazanah keilmuan yang agung, diseret jadi alat politik yang kotor!
Dalam kondisi tidak pasti seperti ini, angin yang paling kuat mendorong keyakinan publik memang paling tepat hanya opini. Bahkan pernyataan sesumbar RK saja dianggap hanyalah opini/mimpi/ngayal dan takabur. Dan namanya opini, lawannya ya opini lagi.
Jadi, amat sangat efektif dan paling tepat kalau saat ini semua pendukung dan pejuang Asyik dan pak Dirman melakukan pula opini massal sebagai perlawanan opini secara terbuka. Posting sebanyak-banyaknya perhitungan kemenangan hasil C1 Asyik dan pak Dirman di lapangan. Screenshot, gambar ataupun hasil lainnya yang relevan.
Tak perlu menunggu hasil Real Count. Bahkan RC saja sangat mungkin bergeser oleh opini publik. Demi kekuasaan, orang bisa jadi jahat dan melakukan kerusakan apapun. Bungkamlah kejahatan teroganisir dengan bergerilya.
Gunakan sosmed. Buzzer lawan buzzer.
Opini lawan Opini. Influencer vs Influencer. Berjuang lewat sosmed.
Ikhtiar tiada akhir.
Penulis: Yanto Hendrawan
Sumber : PORTAL ISLAM