OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Sabtu, 16 Juni 2018

Rahasia Dibalik Perintah Puasa 6 Hari di Bulan Syawal

Rahasia Dibalik Perintah Puasa 6 Hari di Bulan Syawal

10Berita – Setelah berpuasa satu bulan penuh di bulan Suci Ramadhan, umat Islam dianjurkan untuk menjalankan puasa selama 6 hari di bulan Syawal. Hal yang terkadang terasa berat karena di Hari Raya Idul Fitri ini banyak orang yang menghabiskan waktu untuk pergi berlibur dan merasakan nikmatnya makan di pagi dan siang hari.

Mungkin, hanya sebagian kaum Muslimin saja yang melaksanakan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang satu ini. Banyak orang lebih memilih untuk tidak berpuasa kembali. Padahal, jika ia tahu rahasia di balik puasa Syawal, maka ia akan merasakan rugi.

Rahasia puasa Syawal apa?

Dari Abdul Wahab, ia berkata, “Rahasia yang terkandung dalam anjuran puasa 6 hari Syawal ini yaitu, ‘Bahwa tidak tertutup kemungkinan terjadinya pelampiasan nafsu terhadap syahwatnya di hari raya, mengakibatkan kelengahan dan terpatri hatinya, maka puasa 6  hari seolah-olah menjadi penebus terhadap apa-apa yang kurang sempurna dalam pengetrapannya, dan cacat dalam melaksanakan puasa Ramadhan seperti persunatan yang mengiringi fardhu atau sujud syahwi.’ Sedang teknis pelaksanaannya (puasa 6 hari) adalah terusan, sejak hari pertama hingga ke 6, itulah yang diutamakan menurut ulama ahli tahqiq/ kebenaran, dan manfaat demikian ini dapat lebih mendekatkan pada kecerahan jiwa.

Bahkan Sayid az-Zadah menegaskan, “Teknis pelaksanaan 6 hari ini sebaiknya disamakan sebagaimana puasa Ramadhan, sebab ia berfungsi sebagai penebus/ penyempurna kesunahan. Namun, apabila dikerjakan secara terpisah-pisah/ tidak terusan dalam 6 hari, juga sudah cukup.

Dari Ibnu Umar RA, Nabi ﷺ bersabda, “Siapa puasa Ramadhan, lalu menyambungnya dengan puasa 6 hari Syawal, maka ia dibersihkan dari segala dosanya, seperti anak yang baru dilahirkan ibunya,” (Dikutip dari At-Targhib Wat-Tahrib).

Sungguh luar biasa rahasia di balik puasa Syawal ini bukan? Waktu ini merupakan kesempatan emas bagi kita untuk terus memperoleh ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala. Juga bisa menjadi ajang kesiapan diri untuk menempuh sebelas bulan lainnya, selain bulan Ramadhan agar menjadi pribadi yang lebih baik. (ip)

Referensi: Tarjamah Duratun Nasihin/Karya: Ust. Abu H.F. Ramadlan BA

Sumber :Eramuslim