Dianggap Banyak Bohong, Pakar Komunikasi Ini Minta Twiter Tutup Akun @jokowi
10Berita – Twitter kembali mematikan akun-akun yang selama ini dikenal kritis kepada Pemerintahan Joko Widodo. Akun-akun yang belakangan disuspend adalah pengusung tanda pagar (tagar) #2019GantiPresiden.
Pakar komunikasi dari UIN Syarif Hidayatullah, Edy Effendi, mempertanyakan kriteria akun-akun yang dimatikan Twitter. “Akun-akun #2019GantiPresiden ditenggelamkan ya. Saya gak tahu kriteria @TwitterID menenggelamkan mereka? Apa terpengaruh program Bu @susipudjiastuti? Tuhan saja membiarkan perbedaan loh,” tulis Edy di akun Twitter @eae18.
Edy mengingatkan, Twitter selama ini membiarkan akun-akun yang menebar fitnah, hingga menghina Islam. “Sekadar saran bagi kawan-kawan @TwitterID. Bersikaplah yang fair. Jangan jadi agen kekuasaan. Kekuasaan itu tak abadi. Investasi amal kalian yang abadi. Banyak sekali akun-akun yang menghina Islam dan menguar fitnah, kalian biarkan. Maksudnya apa? Apa mau saya kutuk jadi kodok?” tegas @eae18.
Khusus untuk tagar #2019GantiPresiden, Edy menegaskan tagar itu tidak dilarang. Bahkan, Edy meminta Twitter menutup akun milik Joko Widodo, @jokowi.
Halaman 1 2
“Mohon kawan-kawan @TwitterID lebih bijak. Jelang 2019, merayakan tagar #2019GantiPresiden tak dilarang. Yang harus kalian suspend dan tutup selamanya akun-akun seperti akun @jokowi. Pak Jokowi berbohong kepada rakyat Indonesia atas janji-janji kampanye yang tak ditepati,” kata @eae18.
Sebelumya, tokoh muda Muhammadiyah, Mustofa Nahrawardaya, memindahkan sementara aktivitas media sosialnya di akun twitter ke akun cadangan. Hal itu dilakukan Mustofa karena akun miliknya yakni @NetizenTofa telah dibekukan Twitter.
Pada keterangan profil @AkunTofa, Tofa menjelaskan, ‘Banyak yang ingin agar akun saya @NetizenTofa, dimatikan. Maka saya siapkan akun cadangan @AkunTofa.’ Tertulis bahwa akun tersebut sudah eksis di Twitter sejak Februari 2018 silam.
“Saya terbiasa mempersiapkan akun cadangan karena sudah lama diancam. Pertama dulu @TofaLemon hilang, dicuri. Dulu yang mencurinya bersamaan dengan mencuri email, mencuri Instagram, dan Facebook. Waktu itu menjelang 2017, menjelang Pilkada DKI. Sekarang jelang pilpres. Saya tahu itu dicuri dari pihak-pihak berkepntingan karena itu kan bunyi dari buzzer-buzzer lawan yang menyebut, ‘Anda akan kami take down. Take down itu kan bahasa khas,” tutur Mustofa seperti dikutip cnnindonesia (25/07).(kk/)
Sumber : itoday