GENIUS sebagai Tema Hari Anak, Sebatas Khayalan Semata?
Oleh: Khamsiyatil Fajriyah, S.Pd
Anak adalah harapan orang tua,negara, dan umat manusia. Masa depan ada di tangan mereka. Maka doa agar mereka menjadi anak yang tumbuh sehat, ceria, dan kuat setiap hari dirapal orang tua. Apapun dilakukan orangtua agar anak-anak bisa hidup dengan layak. Pontang-panting memeras keringat. Khusus ibu, dia belajar banyak hal agar anak-anak bisa mengkonsumsi makanan dengan murah, enak, dan bergizi.
Saat ini, semakin sulit saja mewujudkan anak-anak tumbuh kuat dan sehat. Fenomena stunting adalah salah satu buktinya. Anak-anak tidak sekadar bermasalah dengan tinggi badan. Ada bahaya lain yang mengintai. Kerusakan otak yang tidak bisa diperbaiki dengan konsekuensi IQ anak stunting tidak akan lebih dari 90.
Ironi memang, di tengah giatnya pemerintah melakukan pembangunan sumber daya manusia, angka anak penderita stunting semakin tinggi. Indonesia menempati peringkat ke 5 penderita stunting. Dengan porsentase di atas 35% dari jumlah total anak Indonesia. Maka, harapan dukungan pembangunan dari generasi bangsa di masa depan akan menjadi khayalan semata.
Ada yang lebih menyesakkan dada, para ahli kesehatan menengarai indikasi dari stunting ini tidak bisa diobati. Secara fisik, tinggi badan anak penderita stunting tetap tidak akan bisa menyamai teman-teman sebayanya yang normal. Apalagi dari sisi tingkat IQ. Singkat kata, menangani stunting ini lebih efektif pada langkah preventif bukan kuratif.
Stunting adalah efek gizi buruk yang dialami anak sejak awal kehidupannya hingga hari ke 1000 kehidupannya sebagai manusia. Akibat ibu hamil yang kurang gizi. Asam folat, zat besi, protein dan unsur gizi lain yang dibutuhkan seorang ibu hamil. Bukan sekedar untuk mengenyangkan perutnya, tetapi untuk gizi anak di dalam kandungannya. Masa depannya, bangsa, bahkan umat manusia.
Hal itu menunjukkan bahwa penanganan dan pemenuhan gizi masyarakat semakin menurun kalau tidak bisa dikatakan semakin memburuk. Ibu hamil yang paling berat menanggung akibatnya. Maka jawaban untuk mengatasi masalah ini adalah dengan memastikan kecukupan gizi bagi masyarakat, khususnya bagi ibu hamil.
Sumber gizi adalah bahan pangan. Empat sehat lima sempurna. Bila sekarang semakin sulit terpenuhi karena harga bahan pangan semakin mahal, maka harus dipikirkan dan diselesaikan. Sederhana saja seperti yang diinginkan oleh masyarakat.Beras, daging, telur, tempe, tahu, sayur, buah, dan susu bisa terpenuhi, bisa dikonsumsi oleh seluruh masyarakat dengan harga murah. Setiap hari. Di musim kemarau, musim dingin, musim kawin, dan musim-musim yang lain. Karena pangan adalah kebutuhan asasi manusia.
Tentu saja tidak bisa sekadar diselesaikan dengan tips belanja dan masak murah meriah. Indonesia dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Tanah yang subur dan air hujan yang turun hampir di sepanjang tahun, hanya butuh pengaturan yang tepat dan baik. Bisa dipastikan tumbuhan bisa tumbuh subur. Hewan ternak juga akan berkembang biak dengan baik dan pesat. Semua itu butuh pengaturan dari pemerintah.
Kebijakan dalam bidang pertanian dan peternakan untuk peningkatan bahan pangan. Kebijakan dalam perdagangan untuk memastikan distribusi perdagangan berjalan dengan baik di tengah-tengah masyarakat. Kebijakan dengan memberikan bantuan secara cuma-cuma sebagai bentuk pelayanan dan kasih sayang pemerintah kepada rakyatnya yang tidak mampu.
Bukan dengan kebijakan privatisasi lahan atau kebijakan impor yang mementingkan pengusaha tetapi meminggirkan dan merugikan rakyat. Bukan pula dengan kebijakan menambah utang ke bank dunia. Dengan alasan membuka akses kesehatan bagi penderita stunting.
Karena yang sudah terjadi, utang semakin menambah beban negara. Ujung-ujungnya rakyat juga yang menanggung semua masalah, menanggung semakin besarnya biaya hidup. Menanggung semakin besarnya pajak untuk memenuhi APBN. Semakin menderita karena dicabutnya subsidi listrik, pendidikan, dan kesehatan.
Dan akhirnya, tema Hari Anak Nasional tahun ini, mewujudkan anak GENIUS = Gesit, Empati, Berani, Unggul, Sehat hanya tinggal slogan. Impian bagi anak bangsa yang tak pernah bisa menjadi kenyataan saat sistem yang diterapkan masih jauh dari harapan agar ramah pada anak. Wallah alam. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google
Sumber : Voa-islam.com