OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 29 Juli 2018

Inilah 8 Langkah Menghindarkan Batita dan Balita dari Bahaya

Inilah 8 Langkah Menghindarkan Batita dan Balita dari Bahaya



Oleh: Surya Dewi* 

Berita tentang lalainya ibu dalam menjaga anak muncul di beranda media sosial. Seorang batita yang ditinggal mencuci piring meninggal dunia karena tersengat colokan listrik (kumpulberita.site/08/06/2018). Setali tiga uang, anak kakak dari seorang teman juga meninggal dunia. Anak malang itu terapung di kolam penampungan air belakang rumahnya 2 tahun lalu pada usia 3 tahun.

Kaget, sedih, tidak percaya, menyesal, merasa bersalah bahkan marah pada diri sendiri adalah perasaan yang pasti dirasa semua ibu. Dalam hal ini, tak hanya kelalaian ibu dalam mengasuh anak yang menjadi masalah. Di usia dini, rasa ingin tahu anak yang besar membuatnya butuh perhatian lebih. Anak yang sudah mulai merangkak sampai usia prasekolah butuh perhatian dan pengawasan ekstra. Disini ibu dituntut untuk selalu waspada dan berhati- hati ketika beraktifitas bersama buah hatinya, karena anak pada usia itu masih belum memiliki ketajaman berpikir. Mereka masih sulit membedakan apakah ini berbahaya, aman, baik atau buruk.

Sayangnya, di negeri ini untuk menjadi ibu kita dilepas begitu saja tanpa bekal yang memadai. Kaum ibu hanya mampu mencari ilmu dari masyarakat, media sosial, teman dan pengalaman. Semoga saja sedikit tips di bawah ini bisa membantu para ibu agar tidak mengalami kejadian yang sama dengan kisah tragis di atas. Setidaknya ada beberapa hal yang bisa dilakukan ibu agar ia tidak lalai dalam menjalankan kewajibannya sebagai pengasuh anak.

Pertama, jangan terlena dengan gawai. Gunakanlah untuk hal- hal yang bermanfaat seperti  mencari ilmu untuk menjadi ibu terbaik bagi anak -anak kita. Mencari cara mendidik anak agar menjadi generasi cinta Alquran. Ajak anak dalam kegiatan ini pula agar anak menjadi cinta pada pengetahuan misalnya sekadar melihat video pendidikan.

Kedua, saat beraktivitas dengan anak, jangan meninggalkan anak tanpa pengawasan sama sekali. Artinya jika kita tidak berada dekat sekali dengannya pastikan bisa melihat apa yang dilakukan si kecil. Atau bisa juga meminta bantuan pada orang lain untuk menjaganya sementara waktu.

Ketiga, jauhkan anak dari hal-hal yang berbahaya seperti listrik, api, air panas, kolam, tebing, benda- benda tajam.

Keempat, bekali mereka dengan iman dan takwa serta doa terbaik dari kita. Saat bersama dengan anak inilah kita tanamkan pada mereka mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, mana yang berbahaya dan aman.

Kelima, ajari mereka untuk percaya bahwa kita adalah ibu yang terbaik untuk mereka. Anak harus yakin bahwa mereka aman bersama kita. Sehingga anak akan berusaha mengatakan pada kita saat anak berada dalam bahaya.

Keenam, percayalah tidak akan ada yang terjadi di dunia ini tanpa seizin Allah SWT. Apabila kita sudah berusaha sebaik mungkin menjaga anak kita tapi masih saja anak terbentur atau tersandung dan lainnya adalah hal yang wajar. Percaya dan yakin bahwa Allah tidak akan menguji kita melebihi kemampuan kita.

Ketujuh, ambil hikmah dari apa yang sudah terjadi dan jangan biarkan terulang lagi. Setiap apa yang terjadi harus menjadi pelajaran yang penting bagi kita untuk menjadi ibu terbaik. Jangan patah semangat dan terlalu menyalahkan diri sendiri saat telah terjadi kelalaian.

Terakhir, berdoalah pada Allah agar Dia memudahkan kita menjadi ibu terbaik yang mampu mencetak generasi gemilang. Generasi yang akan memuliakan Islam dengan segenap kemampuan optimal yang ia miliki. Insya Allah. (rf/voa-islam.com)

*Penulis adalah Pemerhati Anak Kota Batu

Ilustrasi: Google

Sumber :Voa-islam.com