OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Jumat, 20 Juli 2018

Wajah -Wajah Pembakar Rumah Dakwah

Wajah -Wajah Pembakar Rumah Dakwah


Photo by John Ruddock on Unsplash

10Berita, Mereka dalam barisan umat Islam tapi keberadaannya mengacak-acak. Dalam bahasa Alquran mereka disebut Munafiqun.

Man hum? Supaya kita tidak menuduh orang lain kita cek jangan-jangan kita bagian dari “hum” itu.

Annifaq adalah mustholahun jadiid fil Islam. Istilah baru dalam Islam. Mengapa disebut demikian? Karena fenomena nifaq dan istilah nifaq baru ada di zaman Mekkah atau Madinah. Karena sebelumnya hanya ada dua istilah kalau tidak mukmin ya kafir. Saat di Madinah kepemimpinan Rasulullah SAW. makin tidak diragukan dan makin kuat. Massa semakin solid dan banyak. Orang kafir yang di Madinah mau melawan Nabi takut. Akhirnya agar dianggap bagian dari kaum muslimin, mereka pura-pura bersatu dalam barisan.

Nafiqa alyarbu’ artinya lubang hewan sejenis tikus. Lubang ini ada dua; bisa masuk ke lubang satu lalu keluar lewat lubang yang lain. Demikian gambaran keadaan orang-orang munafik, satu sisi menampakkan Islamnya, namun di sisi lain ia amat kafir dan menentang kepentingan Islam juga gerakan-gerakan Islam.

Nifaq tak lain merupakan perbuatan menyembunyikan kekafiran dalam hatinya dan menampakkan keimanannya dengan ucapan dan tindakan. Aktornya disebut munafik.

“Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman.” Dan bila mereka kembali kepada setan-setan, mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok olok”. (QS. al-Baqarah :14)

Syeikh Abdul AzizThuraify mengungkapkan batin adalah standar lahir. Batinnya baik, lahirnya akan baik. Batinnya rusak, kebaikan yang tampak secara lahir adalah nifaq.

Jika ada yang menjadikan tuduhan terhadap tokoh muslim yang dikenal kebaikannya sebagai senjata untuk pojokkan gerakan Islam, ada nifaq dalam hatinya.

Nifaq atau munafik diulang-ulang penyebutannya di dalam Alquran dalam surat Madaniah. Di Al-Baqarah adalah kisah munafikin, Surat An-Nisa, Surat Al-Maidah, Surat Al-Anfal, Surat At-Taubah, Surat An-Nur, Surat Al-Ahzab bahkan ada surat khusus yakni Surat Al-Munafiqun.

Saat Allah berbicara tentang orang beriman, hanya dua atau tiga ayat dalam Surat Al-Baqarah. Ketika Dia berbicara tentang orang-orang kafir, hanya dua ayat di Surat Al-Baqarah. Begitu bicara soal sifat-sifat orang munafik, dari ayat 8 hingga ayat 20 di Surat Al-Baqarah. Ya, sebanyak 13 ayat.

Apakah itu sebuah kebetulan? Tidak! Banyaknya peringatan Allah di atas, sebagai pelajaran bagi umat Islam bahwa bahaya kaum munafik lebih banyak dari bahaya kaum kafir.

Lalu bagaimana sifat para penyusup dakwah?

Pertama, penyusup dakwah yang cirinya dijelaskan oleh Abu Hurairah RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda,

مِنْ عَلاَمَاتِ الْمُنَافِقِ ثَلاَثَةٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا ائْتُمِنَ خَانَ

“Di antara tanda munafik ada tiga: apabila berbicara, dusta; apabila berjanji, tidak menepati; jika diberi amanat, ia khianat.” (HR. Muslim)

Yang kedua, apabila kita memiliki organisasi masyarakat Islam atau partai berlabel Islam tapi mendukung pendukung orang-orang yang memusuhi Islam atau gerakan Islam. Wala’uhum lil kuffar. Loyalitas atau kepemimpinan mereka serahkan kepada yang kafir.

“(yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah. (QS. Annisa: 139)

Orang-orang munafik mendukung orang kafir, mendukung orang-orang yang memusuhi gerakan Islam bukan tanpa maksud, tak gratis begitu saja. Ada imbalan yang bagi mereka menggiurkan dan bisa tamasya sepanjang masa.

Yang ketiga, para penyusup menghalang-halangi (perjuangan) di jalan Allah SWT. Menghalangi Alquran dan Assunnah. Menghalangi perjuangan gerakan dakwah. Orang yang perlu kita “tuduh” adalah diri kita sendiri tanpa harus menunjuk orang lain lebih dahulu.

Orang yang beriman sangat takut dirinya tertimpa sifat munafik. Para sahabat Rasulullah SAW pun takut tertimpa kemunafikan. “Ibnu Abi Mulaikah pernah berkata: Aku telah mendapati 30 orang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, semuanya khawatir pada dirinya tertimpa kemunafikan.” (HR. Bukhari)

Puncak kebahagiaan orang munafik, para penyusup dakwah adalah ketika kaum muslim atau gerakan Islam lemah dan bercerai-berai dan puncak kesedihannya saat kaum muslimin bersatu dan kokoh. Jika Islam atau gerakan Islam adalah rumahnya, maka munafik bahagia karena berhasil “membakar rumah” sendiri. Atau pelan-pelan berlaga bak rayap, menggeroyoti tiang pelan-pelan agar rumahnya ambruk.

[@paramuda/]

Sumber: Ngelmu.co