Ribuan Muslim di Cina Berdemo Menentang Rencana Pembongkaran Masjid oleh Pemerintah Komunis Cina
10Berita, WEIZHOU, CINA - Ribuan Muslim berkumpul di sebuah masjid di barat laut Cina untuk memprotes rencana pembongkaran.
Sekelompok besar orang Hui, minoritas etnis Muslim, mulai berkumpul di Masjid Agung yang menjulang tinggi di kota Weizhou pada Kamis, penduduk setempat Hui mengatakan kepada kantor berita Associated Press.
"Orang-orang sangat menderita," kata Ma Sengming, pria berusia 72 tahun yang ikut serta dalam protes dari Kamis pagi hingga Jum'at (10/8/2018) sore. "Banyak orang menangis. Kami tidak bisa mengerti mengapa ini terjadi."
Ma mengatakan kelompok itu berteriak, "Lindungi agama di Cina!" dan "Cintailah negara, cintai agama!"
Protes itu muncul ketika kelompok-kelompok agama yang sebagian besar ditoleransi di masa lalu telah melihat kebebasan mereka menyusut ketika pemerintah berusaha untuk "mensiniskan" agama-agama dengan membuat para penganutnya untuk memprioritaskan kesetiaan kepada Partai Komunis yang secara resmi ateis.
Lambang bulan sabit dan kubah telah dicopot dari masjid-masjid, gereja-gereja Kristen telah ditutup dan Alkitab disita, dan anak-anak Tibet telah dipindahkan dari kuil-kuil Buddha ke sekolah-sekolah.
Penduduk Weizhou khawatir dengan berita bahwa pemerintah berencana untuk menghancurkan masjid meskipun pada awalnya otoritas tampaknya menyetujui pembangunannya, yang selesai tahun lalu.
Sekretaris Partai Komunis kota itu bahkan membuat pidato ucapan selamat di lokasi ketika pembangunan masjid dimulai, kata Ma Zhiguo, seorang penduduk di berusia 70-an.
Pihak berwenang berencana untuk menurunkan delapan dari sembilan kubah di atas masjid dengan alasan bahwa bangunan itu dibangun lebih besar dari yang diizinkan, kata Ma. Tetapi anggota masyarakat berdiri tegak dengan pendirian mereka, tambahnya.
"Bagaimana kami bisa membiarkan mereka merobohkan masjid yang masih dalam kondisi baik?" katanya, menambahkan bahwa masjid tersebut mengadakan sholat yang dihadiri oleh sekitar 30.000 Muslim dan dibangun menggunakan dana pribadi orang Muslim.
Foto-foto online menunjukkan masjid putih yang megah, dengan tiang-tiang menjulang, jendela vertikal dan bendera nasional Cina yang dikibarkan di depan.
Pejabat di kantor propaganda kabupaten dan kota mengatakan mereka tidak sadar akan situasi ini. Otoritas lokal lainnya tidak dapat segera dihubungi untuk dimintai komentar.
Ma Sengming mengatakan para pemrotes tetap di masjid sepanjang malam dari Kamis hingga Jum'at dan dua kali dikunjungi oleh pejabat lokal yang mendorong mereka untuk pulang.
Ma mengatakan pejabat itu tidak membuat janji-janji spesifik, tetapi berusaha meyakinkan para pengunjuk rasa bahwa pemerintah akan bekerja dengan mereka mengenai masalah itu.
Lebih dari seratus petugas polisi mengepung masjid, tetapi tidak berusaha menghentikan protes, menurut Ma.
Penindasan yang disetujui negara
Demonstrasi publik jarang terjadi di China, di mana pemerintah sering dengan cepat memberangus tanda-tanda perbedaan pendapat.
Di bawah Presiden Xi Jinping, Partai Komunis menindak tegas ekspresi agama dan menyerang apa yang disebutnya ide-ide radikal di antara lebih dari 20 juta Muslim di negara itu.
Di wilayah barat jauh Xinjiang, ratusan ribu anggota Muslim Uighur dan minoritas Muslim Kazakh telah ditahan sewenang-wenang di kamp-kamp indoktrinasi di mana mereka dipaksa untuk mengecam Islam dan menyatakan kesetiaan kepada partai.
Dibandingkan dengan kelompok etnis tersebut, suku Hui secara kultural jauh lebih dekat dengan mayoritas suku Han Cina, mirip dalam penampilan dan berbicara variasi dari bahasa Mandarin umum.
Namun baru-baru ini, laporan mengatakan pihak berwenang telah menutup sekolah agama dan kelas bahasa Arab etnis Hui dan melarang anak-anak mereka berpartisipasi dalam kegiatan Muslim. (st/AJE)
Sumber :Voa-islam.com