Menengok Bentuk Asli Makam Rasulullah
Miniatur Masjid Nabawi dengan bangunan Makam Rasulullah masih di luar masjid pada masa Khalifah Utsman bin Affan di Museum Dar Al Madinah.
Foto: Republika/Fitriyan Zamzami
Saat Nabi Isa turun ke bumi dan meninggal, ia akan dikebumikan di sana
10Berita , MADINAH -- Bagi umat Islam yang mengunjungi Masjid Nabawi, kurang afdol rasanya jika tak mengunjungi makam Rasulullah Salalluhualaihiwasalam. Bukan kunjungan sembarang kunjungan, Rasulullah diriwayatkan dalam sejumlah hadits, semasa hidup menjanjikan syafaat bagi umat Islam yang menziarahi kuburannya.
Di bangunan Masjid Nabawi terkini, makam Rasulullah terletak di ujung selatan Masjid Nabawi. Ia bisa dicapai melalui Gerbang Raja Fahd dari utara kemudian menuju ke ujung selatan dan berbelok ke timur. Dari timur, ia tak jauh dari Gerbang Baqi; dan dari bagian barat ia bisa dicapai melalui Gerbang Babussalam.
Di lokasi Makam Rasulullah ada gerbang besar dengan dua pintu berwarna hijau dengan ornamen keemasan. Di depan gerbang itu peziarah menghadap untuk menyampaikan salam. Sebagian peziarah kerap berupaya mengintip dari celah dan lubang di gerbang tersebut untuk melihat Makam Rasulullah. Saat saya mencoba tindakan serupa, sukar mendeskripsikan bagian dalam makam tersebut karena gelap di dalamnya.
Rasa penasaran soal bentuk asli Makam Rasulullah tersebut akhirnya terjawab saat saya mengunjungi Museum Dar Al di Kompleks Kota Pengetahuan dan Industri Madinah pada Sabtu (15/9). Museum yang didirikan mantan pengajar Universitas Taibah Madinah, Abdulaziz Kaki itu tak sedemikian besar, namun penuh dengan miniatur yang menunjukkan perkembangan bangunan-bangunan bersejarah dalam Islam di Madinah, termasuk Masjid Nabawi dan Makam Nabi.
Suliman Muhammad Suliman, seorang sarjana dari Sudan sebagai pemandu di museum itu menjelaskan dengan terperinci sejarah pembangunan Makam Rasulullah. Seturut catatan sejarah, ia mengatakan bahwa Rasulullah dimakamkan persis di lokasinya wafat pada 632 Masehi, yakni di sebuah kamar di kediamannya bersama Aisyah di bagian luar tembok timur bangunan awal Masjid Nabawi. Saat itu, lebar Masjid Nabawi sepanjang 35 meter di sisi barat dan timur serta 30 meter di sisi utara dan selatan.
Kamar tempat Rasulullah wafat seluas tiga kali tiga meter. Kamar dengan atap pelepah kurma itu langsung ditutup untuk kegiatan lainnya begitu Rasulullah dikuburkan di sana. Rasulullah dikuburkan seturut ajaran Islam, yakni dimiringkan bersandar di bagian kanan tubuh dengan wajah menghadap kiblat. Sehubungan arah kiblat di Madinah hampir sejajar arah utara, ujung kepala Rasulullah menghadap barat dan kakinya di timur. Ia dikuburkan tak jauh dari tembok selatan kamar tersebut.
Dua tahun kemudian, saat Khalifah Abu Bakar Siddiq wafat, ia dikuburkan di kamar yang sama di sisi utara kuburan Rasulullah. Mereka tak dikuburkan sejajar. “Kepala Abu Bakar Radhiyallahu Anhu sejajar bahu Rasulullah,” kata Suliman.
Setelah Khalifah Umar bin Khattab sebagai pengganti Abu Bakar dibunuh dan kemudian gugur pada 644, beliau juga dikuburkan di ruangan yang sama. Kepalanya disejajarkan dengan bahu pendahulunya Abu Bakar.
Dengan pengaturan tiga makam tersebut, tiga lingkaran keemasan di pintu makam saat ini mengarah persis ke kepala masing-masing. Lingkaran paling barat dan yang paling besar mengarah kepala Rasulullah, lingkaran di tengah mengarah ke kepala Abu Bakar, dan lingkaran paling timur mengarah ke kepala Umar.
Miniatur bangunan Makam Rasulullah setelah diimbuhi kubah pada abad ke-13 di Museum Dar Al Madinah.
Sepanjang masa kepemimpinan Abu Bakar dan Umar, Masjid Nabawi dua kali diperluas hingga mencapai 50 kali 50 meter. Kendati demikian, posisi rumah Rasulullah dan Aisyah yang menjadi lokasi Makam Rasulullah tetap di luar masjid sementara kediaman istri nabi lain di sekitarnya mulai diratakan.
Baru pada sekitar 705 Masehi, saat Khalifah Walid bin Abdulmalik sari Dinasti Umayyah berkuasa, Makam Rasulullah masuk dalam perluasan kompleks Masjid Nabawi. Saat itu, bangunan asli kamar Rasulullah dipugar dan diganti dengan tembok baru yang tak beratap.
Pada masa kepemimpinan Umar bin Abdulaziz sekitar 717 Masehi, ia membangun tembok yang lebih kokoh di perimeter kamar suci tersebut. Tembok itu memiliki lima sisi dengan ujung lancip di bagian utara. Tinggi tembok dari batu-batu hitam tersebut sekira 11 meter. “Bangunannya dibuat seperti itu supaya tidak disangka Ka'bah oleh pengunjung,” kata Suliman.
Selain bangunan utama itu, dibangun juga tembok rendah mengelilingi Makam Rasulullah. Tembok luar itu kemudian ditinggikan dan kelak jadi batas dinding yang tersisa hingga saat ini. Pada pertengahan abad ke-12, Sultan Nuruddin Zengi dari Turki meninggikan tembok itu dan menggali parit yang diisi timah untuk mencegah usaha-usaha pencurian jenazah Rasulullah.
Pada 1279, Sultan Al Mansur Qalawun dari Dinasti Mamluk di Masir menambahkan bangunan berkubah tepat di atas Makam Rasulullah di dalam lokasi tembok hitam. Kubah tersebut berwarna putih dan berdiri di atas pondasi kayu bersegi enam. Pada 1481, pada masa Sultan Qa'it Bay dari Dinasti Mamluk, kubah putih itu tersambar petir da mengalami kebakaran. Pondasi kayu kemudian diganti dengan bata merah.
Pada 1818, seturut perluasan besar-besaran pertama oleh Sultan Mahmud II dari Turki Utsmani, kubah yang lebih besar dibangun di atas Makam Rasulullah. Kubah tersebut dicat dengan warna hijau pada 1837 dan bangunannya bertahan hingga saat ini.
Pada 1925, Bani Saud yang menguasai Hijaz dan dua Tanah Suci sempat merencanakan penghancuran bangunan-bangunan di Makam Rasulullah. Kendati demikian, rencana tersebut gagal menyusul aksi penolakan besar-besaran dari ulama di berbagai wilayah mayoritas Muslim, termasuk dari Indonesia yang saat itu masih dikuasai Kerajaan Belanda.
Saat ini, lokasi bangunan dari masa Sultan Umar bin Abdulaziz ditutupi kain sutra berwarna hijau yang diimbuhi hiasan kaligrafi dari ayat-ayat Alquran. Hanya tamu-tamu penting Kerajaan Saudi yang diperkenankan masuk bangunan tersebut.
Miniatur bangunan Makam Rasulullah setalah diimbuhi kubah pada abad ke-13 di Museum Al Dar Madinah.
Dalam ruangan Makam Rasulullah, kata Suliman, disisakan sekutip ruang. Suliman mengatakan, hal itu seturut riwayat bahwa saat Nabi Isa bin Maryam turun kembali ke bumi dan akhirnya meninggal, ia akan dikebumikan di ruangan tersebut. "Kita saat ini tak bisa tahu pasti posisi kuburan Isa Alaihissalam. Nanti Allah yang akan memberi petunjuk pada akhir zaman," kata dia.
Sumber :Republika.co.id