5 Faktor Kenapa Amerika dan Barat ‘Takut’ Sama Arab Saudi
Khashoggi adalah pemukim di AS dan menulis untuk koran The Washington Post.
Para pejabat Turki meyakini Khashoggi telah dibunuh namun Saudi menggambarkan klaim ini “bohong”.
Saudi juga menegaskan jika negara-negara Barat menerapkan sanksi, Riyadh akan membalasnya “dengan skala yang lebih berat”.
Apakah akan ada sanksi terhadap Saudi? Dan apa dampak dari kasus ini terhadap hubungan Saudi dan Barat?
1. Pasok dan Harga MinyakSaudi memiliki sekitar 18% cadangan minyak dunia dan merupakan eksportir minyak terbesar, menurut data organisasi negara-negara produsen minyak OPEC.
Faktor minyak ini membuat Saudi sangat diperhitungkan di panggung internasional.
Jika misalnya AS dan negara-negara lain menerapkan sanksi, pemerintah Saudi akan dengan mudah memangkas produksi minyak, yang dengan sendirinya akan menaikkan harga minyak secara global, kecuali negara-negara lain bisa menutup pasok minyak yang tadinya berasal dari Saudi.
Dalam tajuk rencana yang diterbitkan hari Minggu (14/10), Turki Aldakhil, manajer Al Arabiya -stasiun televisi yang dimiliki pemerintah Saudi- mengatakan sanksi terhadap Saudi akan memicu “bencana ekonomi yang imbasnya akan terasa di seluruh dunia”.
Ia mengatakan harga minyak pada kisaran US$80 per barel telah membuat Presiden Trump marah. Dan di atas kertas, peluang kenaikan harga ke kisaran US$100 atau bahkan US$200 per barel terbuka lebar.
Kenaikan harga sudah barang tentu akan mempengaruhi konsumen di tingkat bawah yang membeli BBM di berbagai SPBU.
2. Kontrak MliterAnggara militer Arab Saudi adalah yang terbesar ketiga di dunia pada 2017, menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockho, (SIPRI).
Pada tahun tersebut, Saudi menandatangani kesepakatan persenjataan dengan AS senilai US$110 miliar atau sekitar Rp1.667 triliun, dengan opsi bertambah menjadi lebih dari US$350 miliar dalam kurun 10 tahun.
Gedung Putih menggambarkan kesepakatan ini sebagai yang terbesar dalam sejarah AS.
Negara-negara Barat lain yang memasok senjata ke Saudi di antaranya adalah Inggris, Prancis, dan Jerman.
Tajuk rencana yang ditulis Aldakhil mengisyaratkan jika Barat menerapkan sanksi, Saudi bisa meminta Cina dan Rusia untuk memenuhi kebutuhan militer.
3. Keamanan dan TerorismeNegara-negara Barat sudah menekankan bahwa Saudi berperan penting dalam menjaga stabilitas keamanan di Timur Tengah dan dalam memerangi terorisme.
Perdana Menteri Inggris, Theresa May, pernah mengatakan penting untuk tetap memiliki hubungan yang erat dengan Saudi meski muncul tuduhan bahwa tentara Saudi “melakukan kejahatan perang di Yaman”.
PM May mengatakan apa yang dilakukan Saudi “membantu keamanan di dalam negeri Inggris”.
Saudi adalah anggota koalisi internasional yang memerangi kelompok yang menamakan diri Negara Islam (ISIS) dan tahun lalu mendirikan koalisi antiterorisme yang beranggotakan 40 negara Islam.
Aldakhil menulis jika Barat menerapkan sanksi terhadap Saudi, maka kerja sama intelijen dan pertukaran informasi antara Saudi, AS, dan negara-negara Barat lain dipastikan akan dihentikan oleh Riyadh.
4. Aliansi RegionalSaudi menggalang kerja sama yang erat dengan Washington dalam meredam pengaruh Iran di kawasan.
Saudi (yang merepresentasikan kekuatan Sunni) dan Iran (yang mewakili kekuatan Syiah) sudah sejak lama terlibat dalam konflik, baik secara langsung maupun tidak, di Timur Tengah selama beberapa dekade.
Di Suriah, Saudi mendukung faksi-faksi pemberontak yang mencoba menggulingkan Presiden Bashar al-Assad sementara Iran, bersama Rusia, membantu pemerintah yang berkuasa.
Aldakhil memperingatkan sanksi dari AS bisa mendorong Saudi “untuk menghangatkan hubungan dengan Iran, bahkan mungkin Saudi melakukan rekonsiliasi dengan negara tersebut”.
5. Perdagangan dan InvestasiTajuk rencana Al Arabiya juga menyebutkan bahwa akses perusahaan-perusahaan AS ke pasar domestik Saudi akan dibatasi begitu ada sanksi dari Washington.
Nilai perdagangan barang dan jasa antara AS dan Saudi mencapai US$46 miliar atau hampir Rp700 triliun.
AS menikmati surplus US$5 miliar dan Kementerian Perdagangan AS memperkirakan hubungan dagang kedua negara membantu menopang 165.000 lapangan kerja di Amerika pada 2015.
Agustus lalu, Saudi membekukan semua hubungan dagang baru dengan Kanada setelah negara tersebut “mencampuri urusan dalam negeri”, menggambarkan permintaan Kanada bagi pembebasan aktivis hak-hak perempuan sebagai “pelanggaran kedaulatan” Saudi.
Saudi juga menghentikan impor biji-bijian dari Kanda dan meminta mahasiswa Saudi yang tengah belajar di berbagai universitas di Kanada untuk pulang.
Sumber: bbc.com