Ini Kritik Keras Khashoggi kepada Pemerintah Saudi Sebelum Kematiannya
Jamal Khashoggi (Instagram/jkhashoggi) |
10Berita, Jurnalis asal Arab Saudi yang diduga dibunuh dan dimutilasi, Jamal Khashoggi, diketahui melontarkan kritik keras terhadap Putra Mahkota Mohammed bin Salman sebelum ia ditemukan tewas pada 2 Oktober. Dalam sebuah wawancara, ia menyebut pemerintahan Mohammed bin Salman sebagai pemerintahan otoriter.
Khashoggi mendeskripsikan bagaimana beberapa bawahan Sang Pangeran, termasuk penasihat media, diberhentikan, termasuk Saud al-Qahtani. Ia menyebut tindakan ini sebagai premanisme.
Pria berusia 59 tahun itu menambahkan, orang-orang takut pada pemerintahan Mohammed bin Salmad. Jika ada yang menantang, mereka mungkin berakhir di penjara.
Secara off the record, Khasshogi pernah mengatakan kepada seorang wartawan Newsweek yang mengulik tentang kepemimpinan di Arab Saudi. Khashoggi mengatakan dirinya bukalah 'oposisi' melainkan hanya ingin Arab Saudi menjadi lebih baik dengan melakukan reformasi.
"Saya tidak menyerukan penggulingan rezim. Saya tahu itu tidak mungkin dan terlalu berisiko. Dan memang tidak ada yang bisa menggulingkan rezim," kata Khashoggi kepada Newsweek, seperti dikutip Republika.
Khashoggi menggambarkan Pangeran Mohammed sebagai seorang pemimpin kuno dan tidak dekat dengan kaum miskin di Arab Saudi.
"Kadang-kadang saya merasa bahwa, dia ingin menikmati buah modernitas dunia pertama, Silicon Valley, bioskop-bioskop, dan segalanya. Tapi pada saat yang sama dia ingin memerintah sebagaimana kakeknya memerintah Arab Saudi," imbuhnya.
Sumber Turki menyebut Khashoggi dibunuh dan dimutilasi di Konsulat Arab Saudi di Istanbul. Pemerintah Arab Saudi akhirnya mengakui bahwa Khashoggi tewas di Istanbul, tapi akibat berkelahi bukan dibunuh oleh tim elite Saudi. (Ibnu K)
Sumber : Tarbiyah