Metamorfosa dan Blunder Politik Ma’ruf Amin
Dalam pernyataan terbarunya, Ma’ruf mengatakan bahwa sebenarnya dia tidak pernah berniat menjadi cawapres. Karena didorong banyak pihak, didorong oleh banyak ulama, akhirnya dia bersedia maju sebagai cawapres Jokowi.
“Saya sebenarnya tidak mau jadi cawapres, saya lebih nyaman jadi Rais Aam PBNU dan Ketua Majelis Ulama Indonesia,” kata Ma’ruf saat menghadiri launching buku ‘Arus Baru Ekonomi Indonesia’ di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Selasa (13/11).

“Metamorfosa Ma’ruf Amin dari seorang ulama yang sangat dihormati, kembali menjadi seorang politisi “sejati” (real politician), menjelaskan kepada kita betapa besarnya godaan atas kekuasaan.”
Politisi dan pesulap itu memiliki banyak kesamaan. Keduanya menarik perhatian kita menjauh dari apa yang sesungguhnya mereka lakukan. Dengan kata lain mereka mengecoh publik. Bedanya pesulap melakukannya sekedar untuk hiburan. Politisi punya tujuan yang lebih besar, yakni memanipulasi pikiran publik untuk sebuah kekuasaan.
Kita pasti belum lupa dengan drama tragedi Mahfud MD yang gagal menjadi cawapres Jokowi di menit-menit akhir pendaftaran pasangan capres-cawapres ke Komisi Pemilihan Umum (KPU). Dalam tayangan program Indonesian Lawyer Club (ILC) TV One Selasa (14/8) Mahfud secara gamblang menjelaskan bagaimana Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Agil Siradj dan Ma’ruf Amin menjegal pencalonannya dengan mengancam Jokowi.
Sumber : Eramuslim