Anggota Fraksi PKS DPR Asal Lampung Almuzzammil Yusuf Sebut NPWP Berbahaya bagi Demokrasi
10Berita, Bandar Lampung – Anggota Fraksi PKS DPR asal Lampung Almuzzammil Yusuf mengatakan, NPWP berbahaya bagi demokrasi. Dengan NPWP, kursi kekuasaan diperoleh dengan cara menabur uang sebanyak-banyaknya tanpa melihat kualitas dan kemampuan calon yang akan duduk itu.
Itulah sebabnya, Almuzzammil Yusuf mengajak warga menjauhi NPWP itu. Itu dikatakan putra tokoh Lampung mendiang Yusuf Djaiz saat Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan di Aula DPW PKS Lampung, Sabtu kemarin, 8/12/2018.
“Jauhi NPWP. Itu bahaya sekali. Caleg yang berkualitas akan sulit bersaing jika semua sudah pakai NPWP,” ujar pengurus DPP PKS itu.
Yang dimaksud Almuzzammil Yusuf dengan NPWP itu adalah “nomor piro, wani miro” (nomor berapa, berani berapa). Ini merujuk pada praktik transaksional dalam politik di mana suara bisa dibeli dengan sejumlah uang.
Almuzzammil Yusuf memberikan semangat kepada para kader PKS yang dijadikan caleg untuk terus bergerak dan mensosialisasikan diri ke masyarakat. [Andi Apriyadi]
Sumber : jejamo
10Berita, Bandar Lampung – Anggota Fraksi PKS DPR asal Lampung Almuzzammil Yusuf mengatakan, NPWP berbahaya bagi demokrasi. Dengan NPWP, kursi kekuasaan diperoleh dengan cara menabur uang sebanyak-banyaknya tanpa melihat kualitas dan kemampuan calon yang akan duduk itu.
Itulah sebabnya, Almuzzammil Yusuf mengajak warga menjauhi NPWP itu. Itu dikatakan putra tokoh Lampung mendiang Yusuf Djaiz saat Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan di Aula DPW PKS Lampung, Sabtu kemarin, 8/12/2018.
“Jauhi NPWP. Itu bahaya sekali. Caleg yang berkualitas akan sulit bersaing jika semua sudah pakai NPWP,” ujar pengurus DPP PKS itu.
Yang dimaksud Almuzzammil Yusuf dengan NPWP itu adalah “nomor piro, wani miro” (nomor berapa, berani berapa). Ini merujuk pada praktik transaksional dalam politik di mana suara bisa dibeli dengan sejumlah uang.
Almuzzammil Yusuf memberikan semangat kepada para kader PKS yang dijadikan caleg untuk terus bergerak dan mensosialisasikan diri ke masyarakat. [Andi Apriyadi]
Sumber : jejamo