Empat Cara Iblis Sesatkan Anak Cucu Adam
Iblis berkata, “Aku sungguh-sungguh akan mendatangi (menggoda) mereka dari arah depan dan arah belakang mereka, arah kiri dan arah kanan mereka. Dan sungguh mereka tidak akan menjadi hamba-Mu yang bersyukur.” (QS Al-A’raf:17)
Menurut Al-Kattani, ayat ini berbicara mengenai tahapan strategi Iblis dalam menyesatkan manusia. Iblis menjebak manusia secara bertahap. Dimulai dari tawaran yang paling kasar dan sulit hingga ke tahapan yang paling halus dan mudah. Namun, justru di jebakan yang paling halus dan mudah inilah manusia banyak yang terperangkap.
Menurut al-Kattani “arah depan” ialah jebakan menyekutukan Allah dan melakukan dosa-dosa besar. Ini adalah tawaran yang paling sulit untuk dituruti manusia. Pada tahapan ini, Iblis menawarkan kekufuran, mengajak orang untuk menolak agama, keberadaan Tuhan, risalah para Rasul dan kebenaran kitab suci.
Ketika gagal, godaan dari “arah belakang” pun disodorkan Iblis, yaitu jebakan melakukan dosa-dosa kecil, lebih mudah untuk diikuti dari tawaran sebelumnya. Iblis merayu manusia bahwa berbuat dosa itu manusiawi dan lagi pula, kata dia, Allah itu Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Karena itu, masih ada kompensasi bertobat. Untuk orang-orang yang rawan godaan Iblis ini.
Nabi SAW mewanti-wanti: “Jangan meremehkan dosa kecil, karena dosa-dosa kecil akan menjadi besar bila orang menghimpunnya.” Dalam suatu riwayat, Ali bin Abi Thalib berkata, “Dosa paling besar adalah dosa yang dianggap kecil oleh pelakunya.”
Jika gagal merayu manusia dari arah depan dan arah belakang, Iblis mendisain godaan ketiga, jebakan dari “arah kanan.” Arah kanan, masih menurut al-Kattani, ialah tawaran untuk melakukan hal-hal yang mubah namun dapat melalaikan yang wajib. Olahraga pagi itu mubah namun jika dapat melalaikan kita dari masuk kantor tepat waktu, kita terjebak pada godaan ketiga Iblis ini.
Jebakan yang terakhir datang dari arah kiri. Ini tawaran yang paling halus. Iblis menawarkan kita dengan ibadah-ibadah yang utama, tetapi melalaikan kita dari hal-hal yang lebih utama. Berzikir itu utama.
Bila kita sibuk berzikir, membersihkan diri atau tafakur di sudut rumah kita, lalu kita mengabaikan masalah-masalah sosial, maka kita melupakan hal yang lebih utama.
Ketika kita meributkan perbedaan kecil dalam ibadah dan melupakan kualitas ekonomi kita, kita telah terjebak pada jebakan yang datang dari arah kiri ini.
Diriwayatkan, ketika Iblis mengatakan ucapannya tersebut, para malaikat menjadi kasihan kepada manusia, lalu mereka berkata: “Ya Allah, bagaimana mungkin manusia dapat terhindar dari jebakan Iblis?”
Allah menjawab masih tersisa dua arah: atas dan bawah, “Jika manusia mengangkat kedua tangannnya dalam doa dengan penuh rendah hati atau bersujud dengan dahinya di atas tanah dengan penuh kekhusyukan, Aku akan mengampuni dosa-dosa mereka.” (HR Thabrani). []
SUMBER: NU.OR.ID