OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Rabu, 05 Desember 2018

Sadis, Pekerja di Papua Disuruh Jongkok Formasi 5 Saf, Lalu Ditembak Dalam Keadaan Tangan Terikat!

Sadis, Pekerja di Papua Disuruh Jongkok Formasi 5 Saf, Lalu Ditembak Dalam Keadaan Tangan Terikat!
Tribun Bali  5 Des. 2018 15:54


10Berita , JAKARTA - Pengakuan mengejutkan datang dari seorang pekerja PT Istaka Karya yang berhasil selamat dari pembunuhan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Nduga, Papua.

Jimmi Aritonang, namanya.

Jimmi telah dievakuasi dari Distrik Mbua, Kabupaten Nduga, menuju ke Wamena, Ibukota Kabupaten Jayawijaya, Papua.

Jimmi merupakan satu dari puluhan pekerja pembangunan jembatan di Kali Yigi-Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga yang dikabarkan tewas dibunuh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).

Dari keterangan Jimmi kepada aparat penegak hukum, pada tanggal 1 Desember 2018 seluruh karyawan PT Istaka Karya memutuskan untuk tidak bekerja karena pada hari itu ada upacara peringatan yang diklaim sebagai HUT Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPNOPM).

Upacara tersebut dilaksanakan kelompok KKB dan dimeriahkan dengan upacara bakar batu bersama masyarakat.

Kepala Penerangan Kodam XVII/Cendrawasih Kolonel Inf Muhamad Aidi menceritakan kembali keterangan yang diproleh dari Jimmi, Rabu (5/12/2018).

“Sekira pukul 15.00 WIT, kelompok KKB mendatangai Kamp PT Istaka Karya dan memaksa seluruh karyawan berjumlah 25 orang keluar, selanjutnya digiring menuju kali Karunggame dalam kondisi tangan terikat dan dikawal sekitar 50 orang KKB bersenjata campuran standar militer,” ungkapnya.

Kemudian, pada tanggal 2 Desember 2018, seluruh pekerja dibawa berjalan kaki dalam keadaan tangan terikat menuju bukit puncak Kabo.

Di tengah jalan mereka dipaksa berbaris dengan formasi 5 saf dalam keadaan jalan jongkok.

“Tidak lama kemudian para KKB dalam suasana kegirangan menari-nari sambil meneriakkan suara hutan khas pedalaman Papua. Mereka kemudian secara sadis menembaki para pekerja. Sebagian pekerja tertembak mati di tempat dan sebagian lagi pura-pura mati terkapar di tanah,” ungkap Aidi, sebagaimana disampaikan Jimmi.

Setelah itu KKB meninggalkan para korban dan melanjutkan perjalanan menuju bukit Puncak Kabo.

Di tempat itu, ada 11 orang karyawan yang pura-pura mati dan kemudian berusaha bangkit kembali untuk melarikan diri.

“Namun malangnya, mereka terlihat oleh KKB sehingga mereka dikejar. Lima orang tertangkap dan dibunuh oleh KKB (meninggal di tempat), enam orang berhasil melarikan diri ke arah Mbua.

Dua orang diantaranya belum ditemukan, sedangkan empat orang diantaranya, termasuk saksi Jimmy Aritonang, selamat setelah diamankan oleh anggota TNI di Pos Yonif 755/Yalet di Mbua,” ungkapnya.

Penyerangan pos TNI Tak sampai di situ, kata Aidi, pada tanggal 3 Dessember sekitar pukul 05.00 WIT Pos TNI 755/Yalet, tempat Jimmi bersama temannya diamankan diserang oleh KKB bersenjata standar militer campuran panah dan tombak.

“Rupanya mereka tetap melakukan pengejaran. Serangan diawali dengan pelemparan batu ke arah Pos sehingga salah seorang anggota Yonif 755/Yalet, Serda Handoko membuka jendela, lalu ditembak dan meninggal dunia,” tambah dia.

“Saat itu anggota di pos membalas tembakan sehingga terjadi kontak tembak dari jam 05.00 WIT hingga 21.00 WIT. Karena situasi tidak berimbang dan kondisi medan yang tidak menguntungkan, maka pada 4 Desember sekitar pukul 01.00 WIT, Danpos memutuskan untuk mundur mencari medan perlindungan yang lebih menguntungkan. Saat itulah salah seorang anggota, Pratu Sugeng, tertembak di lengan,” ujar Aidi.

Akan tetapi, ia menegaskan sejak tanggal 4 Desember 2018 pukul 07.00 WIT Satgas gabungan TNI-Polri berhasil menduduki Mbua dan melaksanakan penyelamatan serta melakukan evakuasi terhadap korban.

“Jadi, kalau mendengar keterangan saksi korban yang masih hidup (Jimmi), jumlah korban yang dipastikan meninggal dunia dibantai oleh KKB di lereng bukit puncak Kabo adalah 19 orang,” imbuhnya.

Polisi-TNI Buru Penembak

TNI-Polri belum pastikan terkait adanya informasi 31 pekerja pekerja pembangunan jembatan oleh kelompok kriminal bersenjata di Kali Yigi-Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua.

Hal itu disampaikan langsung Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen M Iqbal di Breakingnews KompasTV, Selasa (4/12/2018).

Iqbal menyebut saat ini pihaknya tengah melakukan upaya untuk mendekat ke lokasi kejadian.

Sebab menurutnya, sejauh ini informasi yang berkembang tentang insiden tersebut belum bisa dikatakan akurat.

Sehingga, lanjut dia, pihaknya dibantu TNI  masih mencoba untuk datang ke lokasi kejadian.

"Mari kita sepakat bahwa ktia sedang melakukan upaya mendekat ke lokasi karena narasi yang berkembang belum dikatakan akurat, sehingga tim kami dibackup TNI  datang ke lokasi," ujar M Iqbal.

Meski pihaknya belum memastkan jumlah korban pada insiden penembakan oleh KKB itu, namun upaya penegakkan hukum ia pastikan akan dilakukan.

M Iqbal memastikan negara hadir di tengah-tengah masyarakat untuk melakukan upaya penegakan hukum.

"Kami lakukan upaya penegakan hukum, kami akan kejar dan tangkap, proses hukum pada kelompok krimnal bersenjata ini.

Memang diduga terjadi penembakan yang mengakibatkan ada beberapa yang meninggal dunia bahkan ada yang menyebut korban mencapai 31 orang.

Kami belum pastikan itu, yang jelas TNI Polri akan ke lokasi untuk memastikan negara hadir di tengah masyarakat untuk melakukan upaya penegakan hukum," urainya.

Instruksi Presiden Jokowi

Presiden Joko Widodo telah mendapat kabar soal penembakan 31 pekerja jembatan di Kabupaten Nduga, Papua.

Presiden Jokowi memerintahkan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian untuk mengecek kejadian tersebut.

"Saya perintahkan tadi pagi ke Panglima dan Kapolri untuk dilihat dulu, karena ini masih simpang siur. Karena diduga itu. Karena sinyal di sana enggak ada. Apa betul kejadian seperti itu," kata Jokowi kepada wartawan di Gedung Bidakara, Jakarta, Selasa (4/12/2018).

Jokowi mengatakan, dirinya pernah mengunjungi kawasan Kabupaten Nduga, Papua.

Wilayah itu memang masuk dalam zona merah alias berbahaya.

Jokowi juga menyadari bahwa pembangunan di tanah Papua memang ada kesulitan.

Termasuk karena adanya gangguan dari kelompok bersenjata.

"Kita menyadari pembangunan di tanah Papua  itu memang medannya sangat sulit. Dan juga masih dapat gangguan seperti itu," katanya.

Meski demikian, Jokowi menegaskan pembangunan di Papua terus berlanjut.

Pembangunan Papua tidak akan terhenti karena kasus ini.

"Pembangunan ditambah di Papua, tetap berlanjut," katanya.

Kondisi lokasi kejadian

Polres Jayawijaya dijadikan media center untuk mengakses informasi tentang kasus pembunuhan 31 pekerja pembangunan jembatan oleh kelompok kriminal bersenjata di Kali Yigi-Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua pada Selasa (4/12/2018) lalu.

Diketahui lokasi kejadian adalah lebih dekat dari Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya, daripada Distrik Kenyam, ibu kota Nduga.

Kondisi jalan sebagian beraspal sekitar 47 kilometer dan sisanya bebatuan menanjak. Suhu udara di daerah itu mencapai 6 derajat Celcius.

Hingga saat ini sama sekali tak ada akses telekomunikasi atau jaringan telepon seluler. Adapun radio SSB hanya dimiliki pihak tertentu, yakni pelayanan gereja.

Wakapolres Jayawijaya, Kompol A Tampubolon mengungkapkan, sejauh ini pihaknya masih menunggu perkembangan terbaru soal pembunuhan 31 orang pekerja PT Istaka Karya yang tengah membangun jembatan.

“Tim sudah bergerak ke sana. Kita berharap mereka sudah tiba dan memberikan informasi. Tapi. Lokasi kejadian sangat sulit untuk kita mendapat akses telekomunikasi,” ungkapnya ketika dikonfirmasi melalui telepon seluler, Selasa (4/12/2018).

Dia berharap, tak ada sesuatu yang mengerikan terjadi di sana.

“Semoga ya. Kita berdoa. Kita semua menunggu informasinya dari anggota yang telah berangkat ke sana, radio SSB kita selalu stay,” jelasnya.

Tampubolon menambahkan, Polres Jayawijaya saat ini telah digunakan sebagai media center untuk mengakses informasi, termasuk lokasi kerja sementara tim DVI.

“Sampai sejauh ini kami intens berkomunikasi dengan rekan-rekan pekerja yang menantikan informasi nasib para korban. Kalau dari pihak keluarga belum ada yang datang. Masih seputar kerabat korban dari PT Istaka Karya dan PPK Satker PJN IV PU Binamarga,” katanya.

“Lalu kita sudah membuat tenda. Apabila hal yang terburuk terjadi. Ini sifatnya hanya sementara. Kalau benar jumlahnya demikian, tentu kita perlu lokasi yang luas,” ujarnya.

Sumber, (TribunJakarta/Kompas.com).