OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Senin, 10 Desember 2018

Separatis Papua Bohong Besar, Ini Buktinya

Separatis Papua Bohong Besar, Ini Buktinya



10Berita , PAPUA – Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) Papua mengklaim bahwa mereka hanya menembak TNI. Faktanya, KKSB membantai puluhan warga sipil.

Kebohongan kelompok separatis Papua diungkapkan oleh Kapendam XVII/Cendrawasih Kolonel Infanteri Muhammad Aidi.

Menurut Aidi, puluhan orang yang dibunuh KKSB di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua, adalah pekerja bukan TNI seperti yang dituduhkan.

“Ternyata sekarang mereka melihat itu memang bukan TNI, itu murni warga sipil yang bekerja. Ada alamatnya, dipulangkan ke keluarganya. Sekarang ternyata terbukti bukan,” ujar Aidi saat dihubungi JawaPos.com, Minggu (9/12).

Karena itu, dia meminta tanggung jawab kepada KKSB dalam hal ini Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) yang mengklaim melakukan penyerangan di kali Aworak, Kali Yigi, dan Pos TNI di Distrik Mbua, Kabupaten Nduga, Papua itu.

“Apakah mereka mau tanggung jawab minta maaf kepada keluarga? Apakah mereka sanggup mengembalikan nyawa orang yang sudah dia bunuh begitu saja?” sebut Aidi dengan nada geram.

Aidi menantang juru bicara TPNPB, Sebby Sambom ke Timika untuk melihat langsung para korban yang mereka bantai.

“Kalau memang dia menuding bahwa korban yang dibantai itu anggota TNI, saya undang yang bersangkutan datang ke Timika, agar dia bisa membuktikan bahwa pernyataannya itu benar atau salah, silakan cek,” katanya.

Aidi mengatakan Sebby bisa didampingi Komnas HAM ke Timika guna melihat para korban penembakan dari Nduga. Dengan datang ke Timika, Sebby bisa membuktikan sendiri pernyataannya.

“Saya undang, saya jamin keamanannya (Sebby Sambom), ini logika pertamanya ya,” imbuhnya.

Aidi juga menilai KKSB melanggar janjinya terkait status zona tempur. Beberapa waktu lalu, kelompok tersebut mengklaim secara sepihak bahwa zona tempur bukan di Yigi namun di kawasan Mbua sampai Habema.

Namun mereka malah melakukan penyerangan terhadap warga sipil di Distrik Yigi yang dinyatakan jelas bukan zona tempur. “Sangat tidak masuk akal, sangat konyol,” tegasnya.

Untuk itu, Aidi mengatakan bahwa mereka sudah bergeriliya. Tidak ada zona tempur jika situasi sudah seperti itu.

“Dimana ketemu, di situ zona tempur. Kalau ketemu di perkampungan, kita tempur tapu kita bisa memilih sasaran terpilih, mereka tidak,” tukasnya.

Sebelumnya, Panglima Daerah TPNPB Makodap III Ndugama Egianus Kogeya mengatakan, sejak 2 Desember 2018, pihaknya yang melakukan penyerangan di Distrik Yigi dan Mbua. Operasi tersebut dipimpin Komandan Operasi Pemne Kogeya.

Namun mereka menegaskan bahwa pihak yang mereka bantai adalah prajurit TNI. Hal itu berdasarkan pengamatan selama tiga bulan terhadap pekerja Jembatan Kali Aworak, Kali Yigi, dan Pos Mbua.

Juru bicara TPNPB, Sebby Sanbom mengatakan, pekerja jembatan yang ditembak bukanlah warga sipil, melainkan prajurit TNI.

Menurutnya, TPNPB memiliki kode etik dalam berperang. TPNPB tidak akan menyerang warga sipil.

“Kami punya kode etik perang revolusi. Kami tidak akan beperang melawan warga sipil yang tidak memiliki senjata,” kata Sebby Sambom, Rabu (5/12/2018).

Menurut Sebby, TPNPB telah melakukan pemantauan terhadap pekerja jembatan kali Aworak, kali Yigi, dan Pos TNI di Mbua selama tiga bulan.

Dari hasil pemantauan disimpulkan bahwa pekerja jembatan di Kali Aworak dan Kali Yigi adalah anggota TNI.

“Kami sudah pelajari secara lengkap dan melihat bahwa pekerja jembatan kali Aworak, kali Yigi dan pos TNIMbua adalah satu kesatuan. Pos Mbua adalah pos resmi sebagai pos kontrol. Pekerja yang kerjakan jembatan adalah murni anggota TNI,” katanya.

Dikatakan Sebby, pekerja jalan dan jembatan sepanjang jalan Habema sampai batas batu adalah anggota TNI, bukan warga sipil.

Ia menambahkan, TPNPB mengetahui mana yang warga sipil dan mana yang anggota TNI, walaupun TNI menggunakan pakaian sipil.

TPNPB juga menolak disebut sebagai kelompok kriminal bersenjata (KKB), Kelompok Kriminal Sipil Bersenjata (KKSB), separatis, dan teroris.

“Kami adalah pejuang sejati untuk pembebasan republik West Papua. Kami bukan seperti yang aparat Indonesia tuduhkan,” tambahnya.

(dna/jpc/pojoksatu)

Sumber : pojoksatu.id