OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Senin, 11 Februari 2019

Itung-itungan Ahok Jadi Cawapres Jokowi, Ma'ruf Amin Bisa 'Ditendang'?

Itung-itungan Ahok Jadi Cawapres Jokowi, Ma'ruf Amin Bisa 'Ditendang'?




Foto: CNNIndonesia

10Berita  - Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) telah memastikan bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Belakangan beredar kabar bahwa Ahok bisa menggantikan posisi Ma'ruf Amin sebagai pendamping Joko Widodo.

Bagi Sekjen Golkar, Letjen TNI (Purn) Lodewijk Freidrich Paulus, spekulasi Ahok menggantikan posisi Ma'ruf membutuhkan kalkulasi politik yang matang. Dia menyebut bahwa spekulasi tersebut baru sebatas rumor.

“Itu rumor kita belum tahu, kalkulasi politik kan banyak ya. Nah kita melihat secara rasional saja. Kalau kalkulasi politiknya nanti seperti apa,” kata dia saat ditemui di sela-sela acara Silaturahmi Purnawirawan TNI-Polri bersama capres Joko Widodo di Jiexpo Kemayoran, Jakarta, Minggu (10/2).

Ketua DPP Partai Gerindra Habiburokhman melakukan kalkulasi kemungkinan Ahok menjadi cawapres Jokowi. Dia menyebut bahwa kemungkinun bisa saja diprediksi. Hal tersebut sesuai dengan perkiraan sebelumnya saat Ahok dikabarkan akan bergabung dengan PDIP selepas dari penjara.

Kenyataannya, Ahok memang bergabung dengan PDIP.

Habiburokhman menilai ada dua hal yang membuat kemungkian tersebut bisa terjadi. Pertama, adalah soal bahwa keduanya pernah berduet di DKI Jakarta saat menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur.



“Dulu kan mereka duet di pemerintahan DKI,” ulasnya.

Kedua, Habiburokham mengingatkan, parpol-parpol pengusung duet Ahok dan Djarot Saiful Hidayat di Pilkada Jakarta 2017 lalu, masih yang sama dengan koalisi Jokowi-Maruf. Kemudian saat Ahok menghadapi kasus penistaan agama, mereka solid beri dukungan.


“Jadi chemistry-nya sudah ketemu, saya pikir tidak banyak penolakan di internal mereka karena kan sama-sama,” jelasnya.

Dalam konteks Pilpres pun menurut dia, tidak akan menemui kendala berarti selama di antara parpol koalisi sepakat mengusung Ahok, maka, tak perlu ada fit and proper test atau pembahasan di DPR.


“Bisa langsung ditentukan kalau misal sudah ada situasi kiai Maruf digantikan,” demikian Habiburokhman menekankan. Apalagi, Kiai Ma’ruf sendiri sudah mengatakan bahwa saat menjadi saksi Ahok, itu karena terpaksa, dan menyesal.

Politisi PDIP, Eva Kusuma Sundari membantah itung-itungan Habiburokhman. Bagi dia, penggantian posisi tertentu akan sulit, terutama mengingat bahwa keputusan harus berdasarkan restu dari parpol dalam koalisi.

Eva memberi contoh pergantian wakil gubernur DKI Jakarta paska ditinggal Sandiaga Uno hampir tujuh bulan, di mana antara Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Gerindra sebagai pengusung belum menemui titik temu.


“Ganti wagub saja berantem loh di antara koalisi. Ahok itu siapa, partainya PDIP, masa nanti orang-orang PPP, koalisi ngomong masa PDIP sama PDIP,” ucapnya.

Sekali lagi Eva menekankan, menggantikan seorang presiden dan wakil presiden tidak sesederhana karena secara konstitusi memiliki prosedur sangat rumit dan yang harus dilalui. Dia menilai bahwa Ma'ruf tidak bisa diganti begitu saja.

“Lagian Pak Maruf tidak bisa diganti sewaktu-waktu,” tambahnya.

Diketahui sebelumnya, saat berada di penjara Ahok terus memberikan dukungan kepada Jokowi. Bahkan, dia sempat membuat sebuah surat dukungan kepada sang petahana. Ahok dalam selembar kertas yang fotonya diunggah oleh adiknya, Fifi Lety Tjahaja Purnama, di akun instagram menyampaikan salam dua periode untuk Jokowi.


"Terus berjuang Pak Jokowi dua periode salam BTP," tulis Ahok.

Surat itu disertai tanggal penulisan yakni pada 24 Juli bertempat di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok. Fifi pun membenarkan bahwa surat tersebut benar ditulis oleh Ahok di Mako Brimob. Ahok dan Jokowi pernah sama-sama memimpin Jakarta pada 2012 silam sebelum kemudian pada 2014 Jokowi melenggang ke istana setelah terpilih menjadi Presiden.


Sumber : Sumber News