OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Kamis, 14 Februari 2019

Kasus Mangkrak dan Perselisihan Akibatkan Rotasi di Tubuh Polri?

Kasus Mangkrak dan Perselisihan Akibatkan Rotasi di Tubuh Polri?



10Berita  Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian berencana pensiun dini (Foto: tribunnews.com)
Masyarakat selalu diberi jawaban klise ketika menanyakan rotasi dalam tubuh TNI-Polri, yang selalu dijawab dengan mutasi atau rotasi rutin untuk penyegaran. Benarkah? Bisa iya bisa juga tidak. Pasalnya di tahun politik menjelang Pemilu, politik bisa seperti kuda liar, menarik Polri dan TNI.

Sorotan kini diarahkan ke Mabes Polri. Sebagaimana dinukil dari cnnindonesia.com (23/1) Jenderal Arief Sulistyanto yang menjabat Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) hanya hitungan bulan bahkan tak sampai 6 bulan, lulusan Akademi Kepolisian 1987 itu sudah dimutasi ke jabatan Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Kalemdiklat) Polri.

Komjen Arief Sulistyanto hanya beberapa bulan menjabat Kabareskrim (Foto: cnnindonesia.com)
Sebagai pengganti Arief adalah Inspektur Jenderal Idham Azis yang sebelumnya menjabat Kapolda Metro Jaya. Sementara kursi Kapolda Metro Jaya yang ditinggalkan Idham diserahkan kepada Irjen Gatot Eddy Pramono, yang saat ini menjabat sebagai Asisten Kapolri bidang Perencanaan Anggaran (Asrena). Mutasi ini tertuang dalam surat telegram bernomor ST/188/I/KEP.2019 tertanggal 22 Januari 2019.

Soal prestasi -- dengan hanya menjabat sekian bulan -- Arief jangan ditanya masalah prestasi. Ia baru memulai pekerjaan besar, namun telah dirotasi. Ia sebenarnya berhadapan dengan tugas besar warisan Kabaresekrim sebelumnya Komjen Ari Dono Sukmanto, semisal mengusut tuduhan makar terhadap para aktivis 212 dan kasus kekerasan terhadap penyidik KPK, Novel Baswedan, serta penghilangan barang bukti di KPK terkait kasus suap yang melibatkan perwira tinggi Polri. Mutasi Arief seperti membenarkan rumor adanya ketidakompakan.

Sebagaimana dikutip dari cnnindonesia.com, menurut pengamat dari Indonesian Police Watch (IPW) Neta S Pane, mutasi Arief dari Kabareskrim ke Kalemdiklat merupakan solusi tepat yang diambil Tito agar Polri solid. Menurut dia, perang dingin antara Tito dan Arief yang terjadi sejak sekitar dua bulan terakhir telah mengganggu soliditas internal Polri. Apalagi seorang Kabareskrim secara tugas, fungsi, dan peran bertanggung jawab langsung kepada Kapolri.

Imbas lain dari mutasi menurut pengamat kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISeSS) Khairul Fahmi, mutasi perwira tinggi itu mengakibatkan nama Idham diperhitungkan sebagai calon Kapolri pengganti Tito, yang sempat menyatakan ingin pensiun dini.

Selain persoalan jabatan strategis, kedekatannya dengan Tito juga membuat Idham turut diperhitungkan menjadi sosok yang bakal melanjutkan estafet tongkat komando pemimpin Korps Bhayangkara. Menurutnya, Tito tengah menyiapkan sosok penggantinya lewat mutasi ini.

Terpisah, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo membantah mutasi ini merupakan solusi Tito untuk mengakhiri 'perang dingin' dengan Arief. Menurut dia, mutasi ini merupakan hal yang biasa dalam Polri sebagai bagian dari penyegaran organisasi.

Posisi Kabareskrim memang penting. Pasalnya, dalam banyak kasus, mereka yang telah menjabat Kabareskrim memiliki peluang besar menjabat Kapolri.



Irjen Idham Aziz (Tengah) menjabat Kabareskrim menggantikan Arief (Foto: tribunnews.com)

Sumber : UC News