Kunjungi Cina, Bin Salman Tutup Mata terhadap Penderitaan Muslim Uighur
10Berita, Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS) menutup mata terhadap penderitaan Muslim Uighur di Cina ketika dia bertemu dengan Presiden Xi Jinping di Beijing, Jumat (22/2/2019).
Komunitas Uighur, baik di dalam maupun di luar Cina mengharapkan Bin Salman, penguasa de facto Saudi, dan penjaga tempat-tempat paling suci Islam, untuk mengangkat isu pelanggaran HAM penjajah Cina terhadap etnis Uighur.
Sebaliknya, seperti dilansir kantor berita Anadolu, Sabtu (23/2), Bin Salman lebih memilih untuk berpihak pada Cina.
“Kami menghormati dan mendukung hak Cina untuk mengambil tindakan kontra-terorisme dan de-ekstremisme untuk menjaga keamanan nasional. Kami siap untuk memperkuat kerja sama dengan Cina,” kata Bin Salman, yang dikutip kantor berita Cina, Xinhua.
Nasib Uighur
Wilayah Xinjiang (Turkistan TImur) yang dijajah Cina adalah rumah bagi sekitar 11 juta warga Uighur. Kelompok Muslim beretnis Turki yang membentuk sekitar 45 persen dari populasi Xinjiang itu telah lama mengalami perlakuan penindasan dan diskriminasi agama, budaya, dan ekonomi.
Setidaknya 1 juta orang atau sekitar 7 persen dari populasi Muslim di Xinjiang, telah dipenjara dalam Kamp Konsentrasi (Kamp Penyiksaan).
Dalam sebuah laporan September 2018 lalu, Human Rights Watch (HRW) mengungkapkan rezim komunis Cina melakukan “kampanye sistematis pelanggaran hak asasi manusia” terhadap Muslim Uighur di Xinjiang.
Menurut laporan setebal 117 halaman itu, rezim Cina melakukan “penahanan, penyiksaan dan penganiayaan massal” terhadap warga Muslim Uighur di wilayah tersebut.
Posisi Turki
Turki awal Februari ini mengecam kebijakan asimilasi sistematis Cina untuk Uighur. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki, Hami Aksoy, menyebut rezim komunis itu sebagai “sangat memalukan bagi kemanusiaan”.
“Bukan lagi rahasia bahwa lebih dari satu juta orang Uighur, yang terkena penangkapan sewenang-wenang, menjadi sasaran penyiksaan dan pencucian otak politik di pusat-pusat Kamp Konsentrasi dan penjara,” kata Aksoy.
Aksoy menyatakan bahwa Turki telah mendesak rezim Cina untuk menghormati hak asasi manusia fundamental bagi Uighur dan menutup Kamp Konsentrasi.
“Kami juga menyerukan kepada masyarakat internasional dan Sekretaris Jenderal PBB agar mengambil langkah-langkah efektif untuk mengakhiri tragedi kemanusiaan di Xinjiang,” ujarnya. (mus)
Sumber: Anadolu , Salam Online