OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Senin, 11 Maret 2019

Dua Periode Jadi Pengurus NU, Ini Tabayun Kiai Khamdi Soal FPI, PKS dan Lepas Diri dari Said Aqil

Dua Periode Jadi Pengurus NU, Ini Tabayun Kiai Khamdi Soal FPI, PKS dan Lepas Diri dari Said Aqil


10Berita-KH Khamdi Suyuthi Lc, salah satu peserta halaqah Komite Khitthah 1926 Nahdlatul Ulama (KK26NU) menjelaskan terkait stigma miring yang dialamatkan kepadanya. Ini terkait keanggotaan FPI dan PKS, apalagi ada warganet yang tanpa menyebut nama, meragukan ke-NU-annya.

“Alhamdulillah saya Khamdi Suyuthi Lc. Dengan ma’unah dan taufiq dari Alloh swt, (bisa) lulus LIPIA Jakarta, yang barangkali mengalami banyak lika-liku dakwah. Pernah menjadi Pengurus Cabang NU (PCNU) dua periode pada saat NU Cabang Lasem dengan Rois Syuriyahnya KH Abd Hamid Baedlowi almarhum walmaghfurlah,” begitu tulisan Kiai Khamdi, seperti dilansir duta.co, Senin (11/3/2019).

Dengan penjelasan ini, tuntas sudah, bahwa, ke-NU-an Kiai Khamdi tidak diragukan lagi. Kiai Khamdi juga menjelaskan keikutsertaannya dalam halaqah KK26NU. “Di dalam acara halaqoh Komite Khitthah 26, saya selalu aktif mengikutinya, dan memang saya memposisikan diri saya, sebagai warga nahdliyyin kultural yang sangat memperhatikan keselamatan organisasi NU yang menurut para ulama NU kultural, sudah menyimpang dari relnya (NU),” tambahnya.

Bukankah NU itu (harus) kembali ke Khittoh 26? Tanyanya. Tapi mengapa NU di bawa-bawa ke ranah politik, akhirnya NU terpecah belah dan inilah yang diinginkan non-muslim.

Soal lepas dari dari PBNU pimpinan Kiai Said, dijelaskan, bahwa, “Dalam acara halaqoh tersebut yang saya katakan bahwa PCNU Cabang Lasem lepas dari Said Aqil pada saat saya sebagai pengurus PCNU saat itu, namun wartawan salah dalam pengetikan, bahwa PCNU sekarang ini lepas dari PBNU. Wallahi (demi Alloh) saya tidak mengatakan hal itu,” jelasnya dalam klarifikasi tersebut.

“Emang saya termasuk warga NU yang menginginkan kembalinya NU ke Khitthah 26, begitu Kyai Amin Ma’ruf mencalonkan atau dicalonkan sebagai Cawapres Jokowi itu adalah menyalahi AD/ART NU dan NU digunakan alat untuk kepentingan politik praktis, akibatnya terjadi perselisihan antara struktural dan kultural,” imbuhnya.

Berkaitan dengan dewan syuro FPI dan kader PKS memang sampai sekarang saya diidentikkan seperti itu, “Namun secara kepartaian saya telah melepaskan diri sejak lama sebagai anggota PKS. Kalau ke-NU-an yang selama ini kami perjuangkan, hanya Allah Swt  yang maha tahu,” uajrnya.

"والله أعلم بالصواب فعليه توكلنا وإليه انبنا وإليه المصير," tutupnya.

Sumber: Duta