Peminat Jilbab Membeludak di Selandia Baru
10Berita - Ketua Asosiasi Mahasiswa Muslim Universitas Hamzeh Obeidat mengungkapkan bahwa peminat mahasiswi non Muslim untuk mengenakan jilbab meningkat.
Lebih dari 100 mahasiswi mengenakan jilbab di Universitas Otago, Dunedin, Selandia Baru sebagai tanda solidaritas dengan komunitas Muslim, Kamis (21/3/2019).
Panitia acara mengungkapkan pada pukul 11.00 waktu setempat, Mereka harus keluar dan membeli lebih banyak jilbab.
Mahasiswa ilmu kesehatan tahun pertama Shahad Alisamily (19), mengatakan dia telah memberikan tujuh hijab untuk acara tersebut dan dia tahu tentang wanita Muslim lainnya yang juga telah memberikan beberapa hijab. Dia kagum dengan tingkat dukungan.
"Aku benar-benar terkejut, karena kupikir tidak banyak orang yang akan muncul. Banyak dari mereka sangat senang memakainya." kata Alisamily dilansir di Otago Daily Times, Jumat (22/3/2019).
Alisamily menghabiskan beberapa jam memakaikan jilbab kepada orang-orang. Hal yang menurutnya sulit karena dia tidak pernah memakaikan jilbab pada orang lain.
Scarves in Solidarity mendorong perempuan Selandia Baru mengenakan jilbab hari ini. Asosiasi tersebut juga memulai penggalangan dana mengumpulkan daftar belanja untuk keluarga Dunedin yang terkait penembakan masjid Jumat lalu di Christchurch.
Banyak orang Dunedin memiliki teman atau keluarga yang terpengaruh. Obeidat mengatakan dia juga pergi ke Christchurch pada Sabtu (16/3) untuk membantu. Sejak saat itu, dia telah kembali ke Dunedin dan asosiasinya adalah untuk memimpin pawai dari universitas ke Stadion Forsyth Barr untuk berjaga-jaga semalam.
Lulusan sekolah gigi, Marwa Aman-Nayle, mengatakan dia senang ada pertunjukan dukungan seperti itu, tetapi itu bukan hal yang mengejutkan.
"Saya seorang Selandia Baru yang bangga dan saya dan akan bangga setelah kejadian ini. Selandia Baru adalah cinta, rasa hormat, kedamaian, kebaikan, dan keanekaragaman," kata dia.
sumber : republika
Lebih dari 100 mahasiswi mengenakan jilbab di Universitas Otago, Dunedin, Selandia Baru sebagai tanda solidaritas dengan komunitas Muslim, Kamis (21/3/2019).
Panitia acara mengungkapkan pada pukul 11.00 waktu setempat, Mereka harus keluar dan membeli lebih banyak jilbab.
Mahasiswa ilmu kesehatan tahun pertama Shahad Alisamily (19), mengatakan dia telah memberikan tujuh hijab untuk acara tersebut dan dia tahu tentang wanita Muslim lainnya yang juga telah memberikan beberapa hijab. Dia kagum dengan tingkat dukungan.
"Aku benar-benar terkejut, karena kupikir tidak banyak orang yang akan muncul. Banyak dari mereka sangat senang memakainya." kata Alisamily dilansir di Otago Daily Times, Jumat (22/3/2019).
Alisamily menghabiskan beberapa jam memakaikan jilbab kepada orang-orang. Hal yang menurutnya sulit karena dia tidak pernah memakaikan jilbab pada orang lain.
Scarves in Solidarity mendorong perempuan Selandia Baru mengenakan jilbab hari ini. Asosiasi tersebut juga memulai penggalangan dana mengumpulkan daftar belanja untuk keluarga Dunedin yang terkait penembakan masjid Jumat lalu di Christchurch.
Banyak orang Dunedin memiliki teman atau keluarga yang terpengaruh. Obeidat mengatakan dia juga pergi ke Christchurch pada Sabtu (16/3) untuk membantu. Sejak saat itu, dia telah kembali ke Dunedin dan asosiasinya adalah untuk memimpin pawai dari universitas ke Stadion Forsyth Barr untuk berjaga-jaga semalam.
Lulusan sekolah gigi, Marwa Aman-Nayle, mengatakan dia senang ada pertunjukan dukungan seperti itu, tetapi itu bukan hal yang mengejutkan.
"Saya seorang Selandia Baru yang bangga dan saya dan akan bangga setelah kejadian ini. Selandia Baru adalah cinta, rasa hormat, kedamaian, kebaikan, dan keanekaragaman," kata dia.
sumber : republika